Search

Tuesday, December 4, 2012

Zionisme di Tubuh Bangsa Indonesia


Wahabiyah dan Zionisme ya sama saja“Selama kemerdekaanh bangsa Palestina beloem diserahkan kepada orang-orang Palestina, selama itoelah bangsa Indonesia berdiri menantang pendjadjahan Israel” Ahmad Soekarno 1962.

Itulah perkataan pendiri bangsa Indonesia, bung Karno. Sampai sekarang perkataan itu masih berlaku, karena Zionis Israel masih menduduki tanah-tanah Palestina, penjajahan itu masih terus berlangsung sampai sekarang. Dalam sempekan saja, Zionis Israel membombardir penduduk Gaza dan sudah menewaskan lebih dari 110 warga sipil terutama wanita dan anak-anak.

Akan tetapi sikap tegas anti penjajahan bangsa Indonesia itu, kini dikhianati oleh oknum-oknum pejabat dalam pemerintahan Indonesia sekarang ini. Ini dibuktikan dengan banyaknya kerja sama gelap antar individu bahkan antar negara yang pastinya tidak resmi. Baik menyangkut jual beli senjata, kamar dagang, pelatihan militer bahkan masalah terorisme pun minta nasehat kepada negara illegal, Zionis.

Di twitter sebuah akun anonim @alfians5_28 pada 18/11/2012 membuat sebuah twitt yang menyebutkan, sedikitnya ada sebelas anggota DPR RI telah menjadi agen tidak resmi Badan Intelijen Israel, Mossad. Meski belum bisa dibuktikan, akan tetapi ini merupakan sinyal buruk bagi bangsa Indonesia.

Bahkan minggu kemarin situs berita Haaretz milik Israel pernah memberitakan bahwa Israel akan bekerjasama dengan Indonesia di bidang keamanan cyber. terisar kabar, bahwa Indonesia mengirimkan delegasi resmi bidang pertahanan dan keamanan, ke sebuah konferensi internasional di Tel Aviv, Israel.

Banyak pengamat yang mengecam dan menyesalkan semakin menguatnya agen-agen Yahudi melakukan penetrasi dalam tubuh bangsa Indonesia. Karena ini merupakan bukti pengkhianatan terhdap UUD 45 yang anti penjajahan di muka bumi di negara manapun.

Pengamat intelijen Herman Y Ibrahim, Selasa (20/11) mengatakan kalau agen Mossad di DPR RI mempunyai tugas membuat Undang Undang yang berpihak kepada asing terutama soal Sumber Daya Alam di Indonesia.

"Para agen Mossad juga mengusulkan undang-undang yang berpihak ke asing terutama di SDA. Para pemain SDA itu kebanyakan Yahudi dan masih ada hubungannya dengan Israel," ujarnya. 

Bahkan menurut Herman, komunitas Yahudi di Indonesia mempunyai hubungan dengan Israel. Karena komunitas Yahudi di manapun mempercayai tanah air bangsa Yahudi itu adalah Israel. Merekalah yang berusaha mengadakan peringatan kemerdekaan Zionis Israel di Indonesia. 

disamping itu, komunitas Yahudi di Indonesia juga terus menyebarkan ideologi kapitalisme dan liberalisme. "Orang-orang Yahudi, termasuk yang di Indonesia terus menyebarkan ideologi kapitalisme dan liberalisme," kata Herman. 

Pengamat hubungan internasional, Hariyadi Wirawan juga menyatakan tidak terkejut dengan adanya informasi kuatnya pengaruh Yahudi Zionis dalam pemerintahan Indonesia. Menurutnya kerja sama Indonesia dengan penjajah Palestina itu sudah terjadi sejak lama, mengutip laman itoday, Jum’at (16/11).

Dosen FISIP Universitas Indonesia itu menjelaskan, pihak keamanan Indonesia banyak melakukan kerjasama dengan Israel. “Yang saya tahu, pihak keamanan selalu meminta bantuan nasihat para ahli dari Israel di bidang terorisme, teknik-teknik tertentu bahkan beberapa peralatan dari Israel.” ungkapnya.

Kerjasama pertahanan dan jual beli persenjataan antara Indoneisa dan Zionis, tidak lepas dari peranan Amerika Serikat yang sudah begitu kuasa mengontrol pemerintah.

Maka tidaklah heran jika sikap Indonesia selama ini terkait Gaza dan Palestina sangatlah lemah, hanya bisa mengecam dan menunjukan sikap ragu dan mendua, tidak jauh beda dengan Liga Arab dan OKI. Bahkan sikap Indonesia, sebagaimana yang di tunjukan Presiden SBY dan Menlu Marty Natalegawa, mendukung merdekanya Palestina tapi dengan tetap adanya Negara Israel. Itu artinya mengakui Negara Zionis mendirikan Negara jajahan di tanah Palestina! Bagaimana jika dahulu belanda atau Jepang mendirikan Negara di sebagian tanah Indonesia dengan tetap ada Negara Indonesia?

Memang Indonesia belum merdeka seutuhnya, akan tetapi sikap menentang penjajahan terhadap negara manapun akan tetap ditunjukan segenap bangsa yang mencintai tanah airnya. Bangsa Indonesia akan tetap berdiri menentang penjajah tanah Palestina, selama Palestina belum merdeka! 

AS Ingin Menguji Teknologi Iran Namun Kalah

Jenderal purnawirawan Lebanon, Amir Hatit menyatakan, "Amerika Serikat beranggapan bahwa penangkapan pesawat tanpa awak sebelumnya kebetulan dan sekarang Washington berusaha untuk membuktikannya, akan tetapi mereka sekali lagi kalah dalam perang elektronik dengan Iran."

FNA (4/12) melaporkan, Hatit, mantan kepala staf gabungan militer Lebanon mengatakan, "Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam insiden penangkapan pesawat tanpa awak Amerika Serikat oleh Iran di Teluk Persia. Amerika Serikat tidak pernah membayangkan pada satu hati Iran dapat menangkap pesawat tanpa awaknya dan Washington kalah dalam perang elektronik menghadapi Iran."

Ditambahkannya, "Amerika Serikat selalu menggunakan pesawat tanpa awaknya untuk mengumpulkan informasi dan sekarang Amerika Serikat menghadapi masalah besar karena sistem intelijen dan elektronik mereka berhasil disabotase."

Penangkapan pesawat tanpa awak kedua oleh Iran ini, menurut Hatit, menghancurkan kewibawaan militer dan strategi Amerika Serikat. "Amerika selalu beranggapan mendominasi dunia dan dapat bersikap semaunya dalam berbagai masalah, akan tetapi sekarang Iran telah berhasil mengubah pola permainan serta mampu meruntuhkan wibawa strategis Amerika Serikat di dunia."

Lebih lanjut dijelaskannya, "Bahwa Iran mampu menangkap pesawat tanpa awak Amerika Serikat untuk kedua kalinya, ini sangat penting sekali. Karena sejak penangkapan persawat pertamanya, Amerika dapat menyelesaikan masalah pada sistem elektroniknya. Akan tetapi ketidakmampuan mereka dalam menyelesaikan masalah tersebut, sudah membuktikan kelemahan Amerika."

Menurut purnawirawan Lebanon ini, "Amerika Serikat ingin menguji teknologi Iran dan mereka ingin mendapat kepastian bahwa penangkapan pesawat tanpa awak sebelumnya, benar-benar kebetulan. Akan tetapi mereka keliru."

"Amerika tidak mampu menyelesaikan masalah yang ada dihadapi pada sistem elektroniknya, oleh karena itu mereka terpaksa menepis berita tersebut," tuturnya.

Habib Umar bin Muhammad bin Salim; Mengkafirkan Kelomok Lain itu Jauh dari Ajaran Islam


Membicarakan masalah perdamaian, maka sesungguhnya Rasulullah telah mendalami itu sejak dahulu. Tidak ada seorangpun dari tokoh-tokoh saat ini yang berbicara tentang perdamaian melebihi apa yang telah disampaikan Rasulullah Saw.
Hal itu disampaikan oleh al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, pada kuliah umum dengan tajuk "Pesan Damai Islam"  di di Aula Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, Senin, 3/12/2012.
Menurut ulama yang lahir di Hadramaut, Yaman ini, di zaman Nabi Muhammad Saw, lebih banyak orang yang akhirnya memeluk agama Islam ketika disampaikan dengan cara yang damai dari pada lewat jalur peperangan.
Sebagaimana yang terjadi di Asia Tenggara khususnya di Indonesia, masuknya Islam di Indonesia dengan cara yang damai, tidak ada paksaan sedikitpun atau penindasan dalam penyebaran Islam.
“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, La ikraha fiddin, yang terpenting adalah bagaimana menjelaskan hakekat ajaran kepada seluruh manusia.”  ujar ulama pendiri perguruan Dar al-Mustafa li-dirasah islamiyah  ini.
Menurut beliau, dalam menghadapi fitnah harusnya dijelaskan dengan cara-cara yang baik, ditambah lagi sebagai muslim haruslah mampu mengaplikasikan ajaran agama dengan benar, hal ini untuk menjawab tuduhan yang tidak benar kepada Islam.
Menjawab pernyataan salah satu audien mengenai fenomena sekelompok orang yang mengkafirkan kelompok Islam lainnya, hal itu kembali pada pribadi ulama itu sendiri, dimana boleh dikatakan mereka itu jauh dari mempraktekkan agama Islam karena pemahamannya yang kurang benar, boleh jadi mereka melakukan itu karena faktor-faktor duniawi, ada urusan yang terkait dengan duniawi kemudian mencari justifikasi mengatasnamakan agama. Sehingga seolah-olah itu menjadi dalil pembenaran untuk mengkafirkan antara sebagian dengan sebagian yang lain.
“Contoh sikap yang tepat dalam hal ini adalah pada masa Khalifah Ali bin Ali Tholib, ketika beliau ditanya apakah mereka orang kafir? Maka beliau menjawab  Apabila mereka kafir maka menjauhlah, Apakah mereka munafik? Bagaimana mereka munafik, tapi mereka masih sholat, terus mereka itu siapa? Mereka itu adalah muslim yang mendapat fitnah/cobaan, itulah jawaban beliau ketika ditanya status seseorang. Untuk itu mengkafirkan orang itu tidak diperbolehkan kecuali memang nyata-nyata orang itu adalah kafir.”