Search

Thursday, December 6, 2012

Di Hari Asyura, Tanah Liat di Tangan Allamah Thabathabai Mengeluarkan Darah


Hujjatul Islam Agha Tehrani pada malam kesepuluh bulan Muharam (24/11) menukil dari Ayatullah Payani: "Pagi hari Asyura saya menemui Allamah Thabathabai di pekuburan Qom Nov (Abu Hossein). Saat itu beliau sedang membaca Ziarah Asyura. Setelah selesai, beliau berkata kepada saya, ‘Sheikh Ahmad! Hari ini adalah hari dimana bumi dan langit menangis darah.' Beliau kemudian mengambil sebuah tanah liat kering dan meremasnya. Saya melihat darah keluar dari tanah liat itu."
Menurut Rasa News (24/11),

Hujjatul Islam Agha Tehrani menukil dari Sheikh Hadi Marvi yang mendengar langsung dari Ayatullah Ahmad Payani yang menceritakan kisah dari Allamah Thabathabai di hari Asyura.
Ayatullah Ahmad Payani mengatakan:

 "Pagi hari Asyura hatiku merasa sumpek. Akhirnya aku berkata kepada diriku, lebih baik saya pergi ke kuburan Hazrat Maksumah as untuk bertawasul dan menangis agar hatiku lega. Saya kemudian berjalan menuju makam suci Hazrat Maksumah as, tapi saya merasa ada yang mengganjal dalam hatiku.
Saya akhirnya berbelok menuju pekuburan Abu Hossein, yang dikenal dengan nama pekuburan Qom Nov. Di sana Almarhum Rasoul Turk dan Karbalai Kazem dikuburkan di sana. Waktu itu belum semua dipenuhi kuburan.

Saya melihat di sudut kuburan ada seorang tua yang sedang berdiri. Ia sepertinya sibuk dengan pekerjaannya. Saya menjadi tertarik dengan apa yang sedang dilakukannya. Akhirnya saya berjalan ke arahnya. Tiba di dekatnya, saya baru sadar kalau itu adalah Allamah Thabathabai. Kepalanya tidak tertutup apa-apa, begitu juga beliau tidak memakai alas kaki dan tengah membaca Ziarah Asyura.
Saya berusaha agar kehadiranku tidak mengganggu beliau. Saya berdiri di belakang beliau dan ikut bacaannya. Beliau mengakhiri Ziarah Asyura dengan seratus laknat dan salam. Setelah itu beliau melaksanakan shalat.

Melihat beliau selesai menunaikan shalatnya, saya melangkah maju dan mengucapkan salam kepada beliau.
Allamah bertanya, ‘Sheikh Ahmad! Kamu tahu hari apa ini?'
Saya menjawab, ‘Hari Asyura.'
Beliau kembali bertanya, ‘Hari ini ada berita apa?'
Saya menjawab, ‘Saya tidak tahu.'
Beliau kemudian berkata, ‘Hari ini adalah hari dimana bumi dan langit menangis darah. Apakah engkau ingin melihatnya?'

Beliau berkata, ‘Begini cara mereka menangis.'
Allamah Thabathabai kemudian mengambil sebuah tanah liat kering dan menekannya dengan kuat dalam kepalannya. Tiba-tiba saya melihat darah keluar dari tengah tanah liat itu dan mengalir di antara jari-jari Allamah.

Tempat Sayidah Fathimah Az-Zahra as Dilahirkan


Rumah tempat Sayidah Fathimah az-Zahra as dilahirkan adalah sebuah rumah yang sederhana dan kecil. Rumah itu terletak di gang tempat para penjual minyak wangi Mekah. Ini adalah tempat suci yang ditempati Nabi Muhammad Saw, hingga sebelum melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah).

Rumah ini berkali-kali didatangi malaikat Jibril, sang pembawa wahyu kepada Rasulullah Saw. Sebuah rumah yang dikemudian hari menjadi masjid. Umat Islam memuliakan tempat ini dikarenakan dua hal; pertama tempat turunnya wahyu dan manusia sempurna Rasulullah Saw pernah hidup di sini. Rumah ini berkali-kali direnovasi agar dapat tetap menghidupkan kenangan indah dan tak terlupakan kelahiran Sayidah Fathimah az-Zahra as.

Kelak Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Internasional!


Bangga dengan Indonesia

Sampai sekarang ada 45 negara yang membuka Program Studi Bahasa Indonesia untuk diajarkan di sekolah di negara masing-masing. Hal itu disampaikan Guru Besar Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Prof Dr Handayani, Senin (3/12/2012).

Menurutnya, di Australia saja sudah ada 500 sekolah yang membuka Program Studi Bahasa Indonesia. "Bukan tidak mungkin kelak kemudian hari bahasa Indonesia juga akan menjadi bahasa internasional," kata Handayani.

Ia menambahkan, hampir semua perguruan tinggi di negara ASEAN sekarang ini sudah membuka program studi Bahasa Indonesia. "Baru-baru ini satu perguruan tinggi di Philipina juga telah membuka Program Studi Bahasa Indonesia dan begitu juga di Inggris," imbuhnya.

Sekarang ini, bahasa bukan hanya sekedar ilmu pengetahuan, tetapi bahasa sebagai alat komunikasi. Maka menurutnya, ketika bahasa semakin banyak dipelajari orang di dunia, itu artinya bangsa yang memiliki bahasa itu akan sejajar dengan bangsa lain.

Tapi Ia menyayangkan, jika bahasa Indonesia di dalam negeri sendiri justru kurang diapresiasi, meski di luar negeri kenyataannya cukup berbeda. Sebagai contoh, banyak sekali bahasa asing dipakai untuk berbagai keperluan atau benda yang sebetulnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

Nama-nama pusat perbelanjaan, perumahan, gelaran jabatan dalam perusahaan, dan lain-lain tidak menggunakan bahasa Indonesia, tapi justru terlanjur menggunakan bahasa Inggris. Hal ini sangat berbeda dengan Jepang, negri sakura itu kukuh dalam pemakaian bahasa, aksara, dan budayanya sendiri, tanpa takut menjadi terkucil di mata internasional.

Ia menilai, pemerintah pusatlah yang justru banyak memberi contoh ketidakberpihakan pada bahasa Indonesia secara lebih serius. Misal, nama resmi program MP3I (Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia) sebetulnya bisa diindonesiakan menjadi Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia

Surat dari Korban Seruan Sesat MUI Jatim untuk Bapak Presiden


Musthofa, putra bapak HamamahDerita Syiah Sampang sampai sekarang masih belum ada kejelasan, mereka masih menjadi pengungsi di neegri sendiri. Di pengungsian GOR Indoor Tenis kota Sampang pun, mereka kerap kali diintimidasi dan diperlakuan tidak sepantasnya. Mereka telah kehilangan haknya sebagai warga negara.

Ini semua akibat seruan sesat (baca: fatwa non konstitusional) segelintir ulama dan MUI Jawa Timur. Bapak Hamamah adalah korban yang meninggal akibat license to kill tersebut.

Sebenarnya seruan dan fatwa non konstitusional MUI Jatim secara nyata menimbulkan aksi kekerasan dan kejahatan massal yang menelan korban nyawa dan mengancam keselamatan banyak orang yang bisa dianggap sebagai seruan kebencian, dan perbuatan tidak menyenangkan, bahkan penodaan terhadap agama Islam.

Dibawah ini adalah surat dari salah satu korban licensi to kill MUI Jatim. Dia bernama Musthofa, putra Sampang asli.

Musthofa adalah putra bapak Hamamah yang masih berumur 9 tahun, ia menulis surat permohonan untuk Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Murid SD Negeri Karang Gayam 4 itu, hanya meminta supaya keamanan hidup mereka dikembalikan. Mereka hanya ingin kembali ke kampung halaman mereka dan bisa bersekolah seperti dulu.

Berikut surat lengkap Musthofa:

Bismillahirrohmannirrohim
Kepada Bapak Presiden Republik Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Nama saya Musthofa, umur saya 9 tahun, saya sekolah di SD Negri Karang Gayam 4.

Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Presiden, saya ingin menyampaikan harapan dan permohonan kepada Bapak.

Yang pertama, harapan saya Bapak mau menolong saya dan teman-teman saya, supaya bisa bersekolah seperti dulu lagi di SD karang Gayam 4. Sampai kapan saya dan juga teman-teman saya harus hidup seperti ini? Cuma gara-gara fatwa sesat kami diasingkan, rumah kami dibakar dan ayah saya dibunuh. Padahal kami tidak pernah berbuat jahat kepada orang lain. Kami juga sholat, puasa dan zakat. Tapi kenapa kami dimusuhi?.

Saya mohon Bapak presiden mau membantu menyelesaikan masalah ini dan menghapus fatwa sesat kepada kami. Supaya saya, keluarga dan teman-teman bisa kembali ke kampung halaman dengan jaminan keamanan untuk kami dari Bapak Presiden. Sehingga saya dan teman-teman bisa bersekolah lagi dengan tenang.

Salam dari saya dan teman-teman.
Wassalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh