Search

Wednesday, December 26, 2012

Ayah! Di Mana Ibuku?


Fathimah az-Zahra as, putri Rasulullah Saw kondisinya sama seperti ayahnya. Beliau telah kehilangan ibunya sejak kecil. Kenangan pahit dikarenakan jauh dari ibu tercinta senantiasa bersama Sayidah Fathimah az-Zahra hingga meninggal dunia. Hal itu membuat Fathimah Zahra sudah tidak mendapat kasih sayang ibu sejak kecil. Seorang ibu yang sangat lembut dan menyayanginya. Tentu saja sulit bagi Fathimah yang masih kecil harus kehilangan ibunya.

Pasca meninggalnya ibu tercinta, Sayidah Fathimah az-Zahra as senantiasa bersama ayahnya. Dengan celotehnya, khas anak kecil, Fathimah as bertanya, "Ayah! Ibuku di mana?"

Mendengar pertanyaan itu, biasanya Nabi Muhammad Saw langsung terlihat sedih. Setiap kali Fathimah as menanyakan ibunya, hati penuh kasih sayang dan cinta seorang ayah ini seakan terluka. Beliau tidak tahu bagaimana harus menjawab putri kecilnya, sehingga putri kesayangannya ini puas dan dirinya sendiri tidak sedih.

Suatu hari, Fathimah as kembali bertanya kepada Nabi as, "Ayah! Di mana ibuku?"

Pada waktu itu Jibril mendatangi Nabi Saw dan berkata, "Tuhanmu berkehendak agar engkau menyampaikan salam kepada putrimu dan katakan kepadanya bahwa ibumu berada di surga. Ibumu berada di istana yang dibangun dari mutiara dan emas, sementara tiangnya terbuat dari yakut. Di sana ibumu ditemani oleh Asiyah (istri Firaun) dan Maryam (ibu Nabi Isa as)."

Kamu Mendengarnya dari Siapa?


Imam Ali as bersama sejumlah sahabat tengah bersama Nabi Muhammad Saw. Pada waktu itu beliau bertanya, "Siapa di antara kalian yang dapat mengatakan tentang sesuatu yang paling baik untuk perempuan?"

Setiap orang yang hadir memberikan jawabannya. Ada yang mengatakan "mengurus rumah". Yang lain berpendapat "berlaku baik kepada suami". Seorang lagi mengatakan "mengurus anak". Dan begitulah seterusnya.

Nabi Saw mendengar jawaban dari para sahabatnya dan berkata, "Semua yang kalian katakan ini merupakan sifat seorang perempuan yang baik. Tapi tidak satupun dari kalian yang mengatakan tentang sifat paling baik bagi perempuan."

Setelah itu, para sahabat memohon izin untuk melaksanakan pekerjaannya. Imam Ali as kembali ke rumah. Beliau menceritakan peristiwa hari itu kepada Sayidah Fathimah az-Zahra as dan berkata, "Kami semua tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan Nabi Saw ini. Saya sendiri berpikir keras untuk mendapatkan jawabannya, tapi tidak menemukannya."

Ketika itu Sayidah Fathimah az-Zahra berkata, "Sesuatu yang paling baik perempuan adalah matanya tidak menatap pria yang bukan muhrimnya dan dirinya sendiri tidak berada di tempat yang dilihat pria yang bukan muhrim."

Imam Ali as segera kembali ke tempat Rasulullah Saw dan berkata, "Jawaban atas pertanyaan sebelumnya adalah ini." Beliau kemudian mengulangi apa yang disampaikan oleh Sayidah Fathimah az-Zahra as.

Nabi Muhammad Saw bertanya,"Beberapa waktu lalu engkau berada di sini dan tidak dapat menjawab pertanyaanku. Sekarang, katakan padaku dari mana engkau mendengar jawaban ini!"

Imam Ali as berkata, "Wahai Rasulullah! Jawaban ini saya dapatkan dari putrimu."

Nabi Saw gembira dan bersabda, "Sesungguhnya Fathimah adalah belahan jiwaku dan ini bukan satu hal yang mengejutkan."

DPR AS Desak Obama Tutup Kantor PLO di Washington

Barack Obama, bayang bayang AIPAC.jpgLebih dari separuh anggota parlemen di DPR AS meminta Presiden Barack Obama menutup kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington.

Permintaan tersebut lantaran kemenangan yang diperoleh oleh Palestina di PBB, 29 November lalu, dimana anggota Majelis Umum PBB memberikan suara bulat untuk meningkatkan status Palestina dari pengamat menjadi negara pengamat non-anggota kendati terdapat penentangan kuat dari Amerika Serikat dan rezim Israel.

Dalam sebuah surat kepada Obama yang dikirim pada tanggal 21 Desember, parlemen AS menuntut Washington dan mengungkap ketidaksenangan dalam menanggapi upgrade PBB pada status Palestina.

"Salah satu cara penting mengungkapkan ketidak setujuan AS adalah dengan mengirim pesan, karena tindakan tersebut tidak memerlukan biaya dan minimalnya akan menghasilkan retaknya hubungan AS-Palestina,".

Desakan yang didukung oleh American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) itu juga menyerukan penarikan dana untuk organisasi –afiliasi PBB yang mengakui Palestina, dan menuntut penarikan kembali Konjen AS di al-Quds (Yerusalem).

Pengakuan terakhir Palestina sebagai negara pengamat non-anggota di PBB menciptakan banyak kesempatan dan peluang untuk Palestina, meskipun juga menyebabkan beberapa masalah.

Dari sisi positif, keputusan PBB tersebut pada kenyataannya tidak saja akan memberikan peluang kepada Palestina "hampir" semua hak hukum internasional, termasuk hak untuk mengajukan tuntutan terhadap Israel atas banyak insiden kemanusiaan yang selama ini dilakukan di Palestina, mulai dari pelanggaran kedaulatan, penangkapan warga Palestina, serangan militer, dan hancurnya sumber daya Palestina.

Dalam hal ini, pengakuan tersebut akan memudahkan untuk meningkatkan tekanan kepada Israel di tingkat internasional.

Pengakuan Palestina sebagai negara pengamat non-anggota dengan suara mayoritas dari 138 negara membuktikan bahwa masyarakat internasional bertekad untuk menyaksikan sebuah negara Palestina yang merdeka dan mandiri. Hanya 9 anggota PBB dari 193 yang menolak status tersebut termasuk AS.

Ahmadinejad: "AS, Berbicaralah dengan Cara Logis"


AhmadinejadPresiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, tekanan yang diberikan oleh AS dan sekutu-sekutunya tidak pernah membuat Iran menyerah pada aspirasi mereka, dan memperingatkan Barat untuk menyelesaikan setiap masalah melalui perundingan.

"Bangsa Iran tidak akan tunduk pada tekanan," kata Presiden Ahmadinejad, di sela-sela pembukaan pabrik gula Dehkhoda dekat Ahvaz di provinsi Khuzestan Selatan, Selasa, 25/12/12.

"Jika Anda (AS) mempunyai sesuatu untuk dikatakan, sebaiknya Anda duduk dan mengatakan kata-kata Anda dengan cara yang logis, karena ini akan menguntungkan Anda," katanya menyikapi arogansi AS.

Ahmadinejad juga mengatakan bahwa tekanan musuh pada bangsa Iran justru meningkatkan kemajuan diberbagai titik, tapi "musuh tidak akan pernah mau melihat kemajuan bangsa Iran itu".

Menurut Ahmadinejad, masalah yang dihadapai antara Iran dan Barat bukan berakar pada masalah program nuklir Iran, namun meraka ketakutan dengan laju kemajuan Iran diberbagaii bidang ilmiah, industri dan teknologi