Search

Saturday, March 30, 2013

Nasihat Imam Husein as: Lima Prinsip Penting Kehidupan




Lima Prinsip Penting Kehidupan

Imam Husein as berkata:

"Barangsiapa tidak memiliki lima nikmat besar ini, berarti ia tidak dapat memanfaatkan banyak hal dari kehidupan; akal, agama, adab, rasa malu dan akhlak mulia." (Baqir Syarif Qurasyi, Hayah al-Imam al-Husein as, Qom, Dar al-Kutub al-‘alamiyah, 1398 Hq, cet 1, jilid 1, hal 181)

Semua manusia dengan berpikir dan bekerja berusaha untuk memanfaatkan lebih banyak dari kehidupannya, sehingga meraih kehidupan yang bahagia. Dengan demikian, sudah selayaknya kita melihat ucapan Ahli Bait as tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan manusia dapat memanfaatkan lebih banyak dari kehidupan. Imam Husein as dalam ucapan penuh makna beliau menjelaskan lima nikmat yang harus dimanfaatkan untuk kehidupan yang bahagia:

Pertama adalah akal. Manusia yang hidup dengan memanfaatkan akalnya dapat memilih dan memilah antara kebaikan dan keburukan, serta mengidentifikasi jalur hidayah dari jalur kesesatan. Dengan memanfaatkan akalnya, manusia lebih memikirkan masa depannya dan untuk itu sejak di dunia ia menyusun program yang baik. Semua ini setidak-tidaknya telah membimbingnya kepada kebahagiaan.

Kedua adalah agama. Manusia yang memanfaatkan ajaran-ajaran agama baik terkait masalah pribadi, keluarga dan sosial dapat menjamin kehidupan ukhrawinya yang bahagia.

Ketiga adalah adab. Karena adab membuat setiap orang dalam kehidupan bermasyarakatnya dapat melewati semua kesulitan yang ada dan dapat menjauhkan dirinya dari rasa sombong.

Keempat adalah rasa malu. Orang yang memiliki rasa malu membuatnya menjaga batasan-batasan privasi dan melindungi manusia agar tidak terjerumus dalam perbuatan dosa.

Kelima adalah akhlak mulia. Karena manusia yang berakhlak mulia dapat menciptakan ketenangan jiwa bagi dirinya dan menebarkannya kepada keluarga dan masyarakat.

Thursday, March 28, 2013

110 Keutamaan Imam Ali as: Puasa Ghadir




Puasa Ghadir

Imam Shadiq as berkata, "Berpuasa di hari Ied Ghadir Khum dapat menjadi penghapus dosa 60 tahun." (Misbah al-Mutahajjid, hal 736)


Hari Gembira


Imam Shadiq as berkata, "Hari Ghadir merupakan hari besar yang harus diperingati dan dihormati oleh orang-orang mukmin. Hari itu adalah hari gembira dan berpuasa syukur untuk Allah Swt." (al-Ghadir, jilid 1, hal 286)


Hari Raya Tuhan


Imam Shadiq as berkata, "Berpuasa di hari Ghadir Khum sama dengan berpuasa sepanjang usia dunia." Setelah itu beliau berkata, "Ied Ghadir Khum merupakan hari besar ilahi ... Melaksanakan setiap shalat di hari Ied Ghadir Khum sama dengan 100 ribu shalat. Sementara berinfak satu dirham di hari itu di jalan Allah sama dengan berinfak satu juta dirham." Imam kemudian dengan nada bertanya mengatakan, "Mungkin kalian beranggapan bahwa Allah Swt telah menciptakan hari yang dari sisi kebesaran dan kehormatan lebih dari hari Ied Ghadir Khum?" Imam Shadiq as sendiri menjawab, "Demi Allah! Tidak demikian." (Wasail as-Syiah, Alu al-Bait, jilid 8, hal 89)

Ali as Yadullah dan Ainullah

Allamah Amini dalam sebuah perjalanan, di sebuah pertemuan yang dilakukan bersama ulama Ahli Sunnah, beliau berdialog dan membahas masalah dengan mereka. Seorang dari ulama Ahli Sunnah mengatakan, "Kalian orang Syiah telah berlebih-lebihan tentang Ali as dan bersikap ghuluw terkaitnya. Sebagai contoh kalian menyebutnya sebagai "Yadullah".

Allamah Amini menjawab, "Kebetulan kami memiliki bukti dari dokumen dan buku-buku kalian bahwa pribadi yang kalian yakini seperti Umar bin Khatthab yang menyebut Imam Ali as dengan "Yadullah" dan "Ainullah".

Ulama Sunni itu berkata, "Di mana?"

Allamah Amini dengan segera mengatakan, "Tolong bawakan buku ini kepadaku."

Mereka membawakan buku yang disebutkannya. Allamah kemudian mengambilnya lalu membukanya. Beliau membuka sebuah halaman dan menunjukkannya kepada orang yang bertanya tadi dengan ucapannya, "Ini dan bacalah!"

Pada halaman itu diriwayatkan:

"Suatu hari Imam Ali as sedang melakukan thawaf di Ka'bah. Pada waktu itu beliau melihat seseorang yang juga tengah melakukan thawaf tapi tengah memandang seorang perempuan non muhrim. Setelah thawaf, Imam Ali as memanggil orang itu dan dengan niat menegurnya, beliau menampar wajahnya.

Orang itu langsung memegang wajahnya sambil berteriak kesakitan. Ia lalu pergi menemui Umar bin Khatthab untuk mengadukan perbuatan Imam ali as. Ia berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin! Ali as menampar wajahku dan aku harus mengqishasnya. Mengapa ia memukulku?'

Umar bin Khatthab kemudian memerintahkan untuk menghadirkan Ali as dan kepadanya Umar berkata, ‘Mengapa engkau menampar orang ini?'

Imam Ali as berkata, ‘Saya menyaksikan orang ini memandang perempuan non muhrim.'

Umar kemudian berkata kepada orang itu, ‘Ainullah telah melihat dan Yadullah telah memukul.' Dengan ucapan ini Umar memastikan yang salah adalah orang itu.

Dengan demikian, Umar bin Khatthab sendirilah yang memakai istilah ini. (Qatreh-i az Darya, jilid 1, hal 20-21)

Wudhu dengan Air Kautsar

Dalam sebuah riwayat disebutkan, dalam sebuah perang yang diikuti oleh Imam Ali as, tiba waktu shalat. Beliau kemudian ingin berwudhu, tapi tidak menemukan air. Pada waktu itu malaikat Jibril membawa air dan beliau berwudhu dengannya. (al-Fushul al-‘Aliyyah, hal 80)

Habibullah

Rasulullah Saw bersabda, "Keika naik ke langit, saya melihat di surga tertulis ‘Laa Ilaaha Illallaah, Muhammad Rasulullah, Ali Habibullah'." (Imam Ali as dar Ahadis Qodsi, hal 115)

Perumpamaan Indah

Abu Ali Sina tentang Imam Ali as berkata, "Ia di antara makhluk seperti Ma'qul di antara Mahsus." (Tarjomeh va Tafsir Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 181)

Tanda Kebohongan

Rasulullah Saw bersabda, "Hari Ied Ghadir Khum merupakan hari terbesar umatku. Pada hari itu Allah Swt memerintahkan aku untuk mengangkat saudaraku Ali bin Abi Thalib sebagai Imam bagi umatku dan pembawa bendera hidayah, sehingga agama ini mendapat bimbingan lewat dia..." Setelah itu beliau berkata, "Wahai manusia! Orang yang mencintai Ali, ia pasti mencintaiku dan setiap yang memusuhinya, pasti memusuhiku. Bohong orang yang menganggap dirinya mencintaiku, sementara ia memusuhi Ali." (Amali, hal 184)

Menghormati Ghadir

Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt tidak mengutus seorang nabi, kecuali nabiitu merayakan hari ini (Ghadir) dan menghormati hari Ghadir." (Asrar al-Ghadir, hal 208-209)

Sumber: Hossein Deilami, Ghadir Khourshide Velayat, 1388, Qom, Moasseseh Entesharat Haram.

Saturday, March 23, 2013

Bersedekah Ketika Shalat


Imam Ali as ketika melakukan shalat maka seluruh inderanya terfokus kepada Allah Swt, sehingga seakan-akan beliau tidak lagi berada di dunia ini. Sebelum mengisahkan sedekah Imam Ali as saat menunaikan shalat, akan lebih sempurna dengan mengutip kisah lain yang masih berkenaan dengan shalat beliau.

Disebutkan bahwa ada sebuah panah yang mengenai kaki Imam Ali as dan sangat sulit untuk mengeluarkannya. Orang-orang begitu khawatir ketika mereka berusaha mengeluarkannya, beliau tidak mampu menahan rasa sakit. Akhirnya seseorang dari mereka mengatakan, "Kita mengeluarkan panah dari kaki beliau saat beliau berdiri melakukan shalat. Karena ketika melakukan shalat, seluruh inderanya hanya fokus kepada Allah Swt dan beliau tidak merasakan sakit."

Mereka melakukan hal ini dan mengerti bahwa apa yang dikatakan oleh orang itu benar adanya. Anak panah itu dikeluarkan dari kaki Imam Ali as dan beliau tidak menyadarinya.

Tapi yang lebih menarik lagi, suatu hari Imam Ali as tengah shalat di masjid. Tibat-tiba ada seorang miskin yang datang ke masjid dan meminta bantuan kepada orang-orang yang berada di sana. Ketika itu Imam Ali as sedang ruku. Mendengar suara orang itu, pada waktu itu juga beliau menjulurkan tangannya dengan memberi isyarat cincin yang ada di salah satu jarinya. Orang itu heran dengan gerakan Imam Ali as, tapi dengan segera mengambil cincin itu dan mendoakan beliau.

Mungkin ada yang bertanya, bukankan ketika Imam Ali as melakukan shalat, beliau telah keluar dari kondisi biasa. Lalu bagaimana beliau mengerti ada orang miskin di sekitarnya dan mendengar permintaannya? Sebagai reaksinya, Imam Ali as memberikan cincinnya.

Dalam menjawab pertanyaan ini dapat dikatakan bahwa melakukan perbuatan baik dan membantu orang miskin itu sendiri juga ibadah. Karena perbuatan baik Imam Ali as demi keridhaan Allah Swt, maka dalam kondisi beribadah, beliau juga melakukan ibadah yang lain. Allah Swt menerima perbuatan baik beliau, sehingga menurunkan ayat, "Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat dalam keadaan ruku." (QS. al-Maidah: 55)

Rahbar Tentang Kebangkitan Umat Islam


Tahun lalu dalam pertemuan dengan para tokoh perjuangan Palestina tahun lau, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menjelaskan transformasi di kawasan dan isu Palestina. Pada kesempatan itu beliau menegaskan, Allah telah berkehendak bahwa di kawasan ini akan lahir Timur Tengah baru, yaitu Timur Tengah yang Islami.
Berkenaan dengan transformasi terkini di Mesir, Situs Kantor Penerangan dan Dokumentasi Karya Ayatullah al-Udzma Khamenei menerbitkan sebuah kumpulan pandangan Rahbar dalam edisi khusus. Edisi khusus tersebut pada bagian ini membicarakan soal kebangkitan Islam.

Bangsa di Timur Tengah Membenci Amerika
Kita sekarang berada dalam situasi yang benar-benar krusial. Jika saya hendak memaparkan klaim dan persepsi saya soal ini - dalam kesempatan yang terbatas ini mungkin saya tak sempat mengajukan argumentasi, tapi yang jelas saya memiliki argumentasi- maka saya harus menjelaskan bahwa kekuatan-kekuatan arogan dunia sedang mengerahkan segenap upayanya untuk melumpuhkan gerakan Islam yang kini termanifestasi dalam Republik Islam. Dalam banyak kasus mereka sudah mengalami kebuntuan total. Jurus yang paling mereka andalkan di tengah isu-isu global dan polarisasi yang mereka lakukan di Timteng yang notabene kawasan paling vital di muka bumi ini sudah berantakan, atau minimal sudah sangat lemah dan tidak dapat diandalkan lagi.

Semoga Allah Swt merahmati Almarhum Syeikh Husain Lankarani, ulama sekaligus politisi kawakan. Pada sekitar tahun 1974-1975 atau mungkin sebelumnya, beliau mengumpamakan rezim despotik Pahlevi seperti orang yang bertengger di atas kubah besar sambil memegang kantung yang terbuat dari kain sutera berisi biji-bijian buah walnut (sejenis kenari). Salah satu sudut kantung itu bocor sehingga bijian walnut berhamburan satu persatu di permukaan kubah. Dia mencoba bergerak meraih bijian yang berserakan tapi gerakannya justru membuat bijian yang lain berjatuhan dan dia masih tetap ingin bertahan di atas kubah. Padahal seandainya ada di bawah dan di atas permukaan tanah yang rata dia akan dapat dengan mudah meraih dan mengumpulkan lagi bijian yang berjatuhan.

Menurut hemat saya, kekuatan hegemonik dunia sekarang mengalami kondisi serupa ketika berhadapan dengan gerakan Islam. Mereka tidak memiliki pijakan kaki yang kuat sebab sebagian besar trik propaganda mereka yang semula kokoh kini sudah rapuh. Masyarakat di AS sendiri sekarang gusar menyaksikan eskalasi lobi Zionisme di negara ini. Ketidakpuasan ini terjadi secara gradual di AS yang notabene basis gerakan Zionis dan sarang para raksasa kapitalias Zionis. Rezim AS tentu saja sudah berusaha memperkatat ruang gerak rakyatnya dengan trik baru, yaitu menyibukkan publik dengan urusan kehidupan sehari-hari sehingga publik tak sempat berbuat banyak dalam soal ini. Meski begitu, kekecewaan itu tetap saja mengemuka. Data kita tentang ini sangat akurat. Di negara-negara Eropa juga demikian, meskipun polanya berbeda. Sedangkan di negara-negara Islam tentu sudah jelas, apalagi di Timur Tengah. Alhasil, kebencian dan bahkan rasa muak terhadap rezim AS dan para cs-nya di dunia sudah mewabah di tengah bangsa-bangsa dunia. Seperti perumpamaan tadi, wabah ini tak dapat mereka atasi, walaupun mereka sudah bersusah payah untuk mengatasinya.

(Cuplikan Pidato Rahbar di Depan Anggota Basij Dewan Sains Universitas Iran, 23 Juni 2010)

Mereka Tak Mampu Meluruskan Kondisi
Kita sudah semakin kuat dibanding kondisi tiga dekade yang lalu. Kita sudah lebih berpengalaman dan matang. Kemampuan kita juga semakin tinggi. Sementara, kubu lawan semakin lemah. Dulu, seluruh dunia arogansi berbaris dalam satu front untuk melawan Iran. Saat itu, Iran benar-benar tidak memiliki ruang sedikitpun untuk beristirahat. Itulah kondisi pada dekade awal revolusi Islam. Uni Soviet saat itu adalah satu kekuatan besar dunia, bukan hanya sebuah negara tapi sebuah negara serikat yang meliputi banyak negara. Pusatnya adalah kawasan ini tepatnya Rusia hari ini. Kawasan Eropa Timur seluruhnya berada di tangannya. Tak hanya itu, Uni Soviet juga menguasai sebagian besar negara Afrika dan Amerika Latin, juga sebagian negara di benua Asia. Blok kekuatan ini bermusuhan dengan Republik Islam Iran. Saat itu, untuk pengadaan senjata konvensional saja tidak ada tempat yang bisa kita datangi. Artinya, tidak ada negara yang bersedia menjual senjata konvensional misalnya tank kepada kita. Waktu itu saya menjabat sebagai presiden dan untuk keperluan itu saya berkunjung ke Yugoslavia. Mereka nampak akrab dan ramah saat menjamu, namun bagaimanapun kita berusaha membujuk untuk menjual senjata konvensional kepada kita mereka tidak bersedia. Padahal secara lahirnya, Yugoslavia termasuk anggota Gerakan Non Blok, bukan masuk dalam Blok Timur atau Barat. Meski demikian, mereka tidak mau menjual senjata kepada kita. Negara-negara yang lain lebih parah lagi.

Di pihak lain, ada Blok Barat yang iconnya adalah Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Prancis yang saat ini rajin menebar propaganda terhadap kita, saat itu menyuplai pesawat ‘mirage' dan ‘super standar' kepada lawan kita untuk digunakan menyerang kita. Artinya, kejahatan yang mereka lakukan terhadap kita zaman itu lebih besar dibanding saat ini. Jika sekarang para petinggi Jerman -misalnya Kanselir Jerman atau petinggi lainnya di negara itu- melontarkan pernyataan yang menyudutkan kita, saat itu mereka menyuplai Saddam dengan senjata-senjata kimia bahkan membuatkan pabrik senjata kimia untuk rezim Baath. Artinya, permusuhan mereka waktu itu lebih terbuka dan lebih aktif.

Kondisinya sekarang sudah jauh berbeda. Mereka sudah tidak bisa lagi melakukan cara-cara permusuhan seperti dulu. Bukannya mereka sudah berubah baik tapi tidak ada peluang lagi. Dari hari ke hari, bangsa yang besar ini semakin kuat dan matang. Masalah yang penting ini sudah disadari oleh Barat. Mereka merasa hegemoni dan kekuasaannya di Dunia Islam semakin rapuh. Jika dulu mereka merasa bebas melakukan apa saja di negara-negara Islam dan Arab tanpa ada halangan apapun, kini gerak langkah mereka terhenti. Gelombang kebangkitan Islam bahkan telah memaksa mereka untuk mengubah strategi, dan itupun sulit mereka lakukan. Di sebagian negara yang rezimnya secara nyata bergantung kepada Barat, ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah di sana terlihat jelas. Ada upaya untuk mengubah strategi supaya ada jalan keluar, tapi mereka tidak menemukan kecuali jalan buntu. Demikianlah kondisi Dunia Barat saat ini.

(Cuplikan Pidato Rahbar dalam Pertemuan dengan Dewan Ahli Kepemimpinan, 16 September 2010)

Tidak Intervensi dalam Urusan Negara Lain
Satu poin cemerlang lagi dalam khittah Imam Khomeini ialah universalitas kebangkitan beliau. Beliau memandang kebangkitan dan revolusi ini sebagai gerakan universal yang berkaitan dengan seluruh umat manusia, khususnya umat Islam. Beliau selalu konsisten pada prinsip ini. Ini sama sekali bukan dalam konteks intervensi urusan internal negara-negara lain dimana kita memang tidak mungkin akan melakukannya. Ini juga bukan berarti ekspor revolusi ala kaum imperialis yang juga tidak akan kita lakukan dan kita memang bukan ahlinya. Sebaliknya, makna dari semua ini ialah berkah dari kebangkitan penuh rahmat ini harus tersebar ke seluruh penjuru dunia, yakni berkah yang sekiranya bangsa-bangsa dunia dapat memahami kewajiban mereka, dan umat Islam dapat menyadari bagaimana dan ada di mana identitas mereka.

(Cuplikan Khutbah Jumat Rahbar Pada Hari Haul ke-21 Imam Khomeini (RA), 4 Juni 2010 M)

Langkah-Langkah Umat Islam yang Mantap
Luasnya gelombang kebangkitan Islam di dunia hari ini adalah hakikat yang meniupkan kabar gembira akan hari esok yang baik bagi umat Islam. Sejak tiga dekade silam, geliat kebangkitan yang agung ini telah terlihat dengan kemenangan revolusi Islam dan pembentukan pemerintahan Repulik Islam. Sejak saat itu, umat Islam terus bergerak maju, menerjang setiap rintangan yang menghadang dan menaklukkan barak demi barak.

Kian pelik dan sistematisnya modus permusuhan kubu arogansi dan upayanya dalam melawan Islam dengan dana raksasa, adalah bukti lain dari kemajuan yang dicapai ini. Propaganda musuh dalam skala luas untuk menebar Islamophobia, tindakan mereka yang tergesa-gesa untuk menciptakan perselisihan antara kelompok-kelompok Islam dan menyulut sentimen madzhab, upaya mereka dalam mengobarkan permusuhan antara Syiah dan Sunni, langkah mereka dalam menebar perseteruan antara negara-negara Islam serta usaha memperuncing perselisihan yang ada dan mengubahnya menjadi permusuhan dan konflik yang tak berkesudahan, pengerahan badan-badan intelijen dan spionase untuk menyuntikkan kebobrokan dan amoralitas di tengah kaum muda, semua itu menunjukkan reaksi kepanikan mereka menghadapi gerakan yang mantap dan langkah umat Islam yang kokoh menuju ke arah kesadaran, kemuliaan dan kebebasan.

(Cuplikan dari Pesan Rahbar untuk Hujjaj di Musim Haji Tahun 1431 Hijriyah)

Ekspor Revolusi
Kita tidak merencanakan untuk mengekspor revolusi. Sebab ekspor revolusi ini terjadi secara langsung dan sudah terwujud. Anda menyaksikan bawha hari ini kecenderungan dan keimanan kepada Islam telah hidup kembali di seluruh penjuru dunia. Anda menyaksikan pula kebangkitan bangsa-bangsa Muslim di kawasan utara Afrika, Timur Tengah, dan seluruh penjuru timur dan barat Dunia Islam. Demikian juga kecenderungan para pemuda di negara-negara Islam kepada keindahan agama dan al-Qur'an. Semua itu menunjukkan bahwa revolusi Islam ini sudah terekspor sejak awal kelahirannya. Kita bukan berpikir untuk mengekspor revolusi di tahun 14 usianya. Revolusi ini sudah terekspor sekali dan sekaligus. Ketika revolusi ini menang dan berita serta daya tariknya menjadi sorotan dunia, apa yang mesti terjadi sudah terjadi saat itu. Dan itulah yang tidak kalian maukan. Itu pula yang membuat kalian berang. Kalian tidak bisa berkutik dan tidak ada yang bisa berbuat apa-apa. Sebab, masalahnya sudah terlambat.

(Cuplikan dari khutbah Idul Fitri 24 Maret 1993)

Masa Depan Milik Umat Islam
Padahal pada masa ketika revolusi Islam menang, Israel di mata pemerintah dan negara-negara Islam, khususnya bangsa Arab, dipandang sebagai rezim yang tak terkalahkan. Hal inilah yang membuat rezim Zionis kini mengetepikan slogan Israel Raya dari Nil hingga Eufrat dan lantas melupakannya. Bangsa-bangsa Muslim -dari Afrika hingga Asia timur- berlomba memikirkan pembentukan sebuah negara dan pemerintahan Islam dengan berbagai format yang tidak mesti sama dengan format Republik Islam milik kita. Namun yang jelas mereka memikirkan kedaulatan Islam di negara mereka. Sejumlah negara berhasil, dan sebagian sedang menantikan masa depan yang cerah lewat gerakan Islam yang mereka lakukan.

(Cuplikan dari Pidato Rahbar pada Peringatan Haul Imam Khomeini RA ke-20, 4 Juni 2009)

Amerika Versus Kekuatan Kubu Islam
Amerika menyadari tak akan punya tempat di masa depan dunia Islam. Karena itu, untuk mencegah kesadaran Islam berubah menjadi gerakan revolusioner, AS melakukan tindakan antisipasi. Dengan berbagai cara, mereka berusaha untuk memperlambat terjadinya apa yang sudah pasti terjadi pada bangsa-bangsa di dunia. Baru-baru para pejabat Amerika mengakui, jika AS tidak mengagresi Irak, rezim Saddam sudah pasti tumbang di tangan orang-orang Irak yang mukmin dan Muslim. Jika itu terjadi, AS tidak akan mendapat bagian. Itulah yang mereka cemaskan. Sikap reaktif itu disebabkan oleh kecemasan mereka akan akibat dari kebangkitan umat di Dunia Islam. Apa yang dilakukan Amerika bukan menunjukkan kekuatannya, tapi sebagai reaksi atas kekuatan di kubu Islam, serta kebangkitan dan kesadaran Islam yang mereka saksikan.

(Cuplikan dari pidato Rahbar di Haram Imam Khomeini RA 4 Juni 2005)(IRIB Indonesia / Khamenei / SL)

Saturday, March 16, 2013

Kebudayaan dan Peradaban Islam; Baitul Hikmah, Pusat Transformasi Ilmu Pengetahuan ke Bahasa Arab


Di masa khalifah kelima Dinasti Abbasiah, Harun al-Rashid, banyak aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan ilmu dan menerjemahkan berbagai karya. Yahya bin Khalid Barmaki, yang juga menteri saat itu, termasuk salah satu ilmuwan yang banyak menelaah karya-karya Yunani dan menerjemahkannya. Di masanya,  Yahya mengirim utusan ke Roma untuk membeli naskah-naskah asli Yunani.  Upaya inilah yang menyebabkan banyak buku Yunani yang berharga diangkut ke Baghdad. Selain itu, lalu-lalang para ilmuwan dan dokter India, Iran dan Suryani  kian menyemarakkan dunia ilmiah saat itu dan mendorong masyarakat supaya menaruh perhatian besar  pada berbagai ilmu dan dn naskah-naskah ilmiah.



Para ilmuwan saat itu juga memahami bahasa Arab, sehingga mereka mudah mendorong masyarakat setempat supaya menuntut ilmu. Berbeda dengan para penakluk sejarah sebelumnya, para penguasa muslim saat itu setelah berhasil menaklukkan wilayah, memindahkan perpustakaan wilayah yang dikuasai ke Baghdad dan menerjemahkan karya-karya berharga setempat ke bahasa Arab.

Harun al-Rasyid setelah berhasil menaklukkan Ankara, Amuriah dan kota-kota di Roma, mengangkut banyak buku kedokteran ke Baghdad. Setelah itu, buku-buku itu diserahkan ke seorang dokter yang bernama Yohana bin Masawiyah Suryani untuk diterjemahkan ke bahasa Arab.

Di masa Harun, sejumlah buku perbintangan juga diterjemahkan ke bahasa Arab. Di antara penerjemah ulung di bidang ilmu perbintangan adalah keluarga Fadhl bin Noubakht yang juga salah satu dari keluarga Noubakht. Harun juga mempercayakan jabatan pimpinan perpustakaan kepada Fadhl. Setelah itu, banyak ilmuwan muslim yang mengkaji buku itu dan menyampaikan pendapat-pendapat mereka. Bermula dari buku itu, ilmuwan muslim menciptakan berbagai inovasi dan  menyusun buku-buku baru.

Salah satu langkah penting di masa khalifah Manshur Abbasi adalah mengembangkan gerakan terjemah, Baitul Hikmah sebagai warisan peninggalan era Sasani. Di masa Sasani, Baitul Hikmah disebut-sebut sebagai lembaga dan pusat pendataan dokumen dan data-data. Di lembaga itu disimpan berbagai data sejarah, perang dan kisah-kisah asal Iran.

Baitul  Hikmah juga dibangun sebagai miniatur Sasani di Baghdad. Instansi ini bertugas menerjemahkan karya sejarah dan budaya dari bahasa Pahlavi ke bahasa Arab. Untuk itu, banyak penerjemah ulung yang dipekerjakan di instansi ini. Lebih dari itu, kelompok penjilid juga dikerahkan untuk menjaga buku.

Hingga masa Harun dan Barmakian, Baitul Hikmah terus bertahan. Akan tetapi di masa Makmun, aktivitas di Baitul Hikmah kian bertambah. Instansi itu selain berfungsi menjaga buku juga mengerahkan para peneliti dan ilmuwan supaya meriset berbagai ilmu  di bidang perbintangan dan matematika. Baitul Hikmah menjadi tempat yang layak untuk menerjemahkan karya-karya Yunani ke bahasa Arab.

Di masa Makmun, aktivitas Baitul Hikmah lebih marak. Apalagi didukung Makmun yang bersemangat mengumpulkan, menerjemahkan dan menyusun karya-karya, khususnya di bidang filsafat. Semua itu sengaja dilakukan penguasa Dinasti Abbasiah saat itu untuk memperkokoh pemikiran Muktazilah yang juga diyakini Makmun. Bahkan disebutkan dalam sejarah bahwa Baitul Hikmah sangat populer di masa Makmun hingga menyebabkan akademi Jundi-Shapour yang juga pusat ilmu saat itu kalah pamor dan tidak semarak lagi.

Ibnu Nadim dalam bukunya, al-Fehrest, menyebutkan, "Pada suatu malam, Makmun bermimpi Aristoteles. Dalam mimpi itu, ia bertanya banyak hal kepada Aristoteles. Setelah terjaga dari tidurnya, Makmun berkeinginan menerjemahkan karay-karya Aristoteles." Kemudian, Makmun menulis surat ke Raja Roma dan menyampaiakn keinginannya. Raja Roma pun mengabulkan permintaan Makmun.

Setelah itu, Makmun mengirim sejumlah utusan, termasuk Salman, Ketua Baitul Hikmah, mengumpulkan karya-karya ilmiah di Roma dan mengirimkannya ke pusat pemerintahan Dinasti Abbasiah. Kemudian Makmun juga mengutus Hunain bin Ishak yang dikenal sebagai "Sheikhul Mutarjimim" atau Pemuka Penerjemah.

Di masa Makmun, semua peninggalan Yunani, India, Iran dan Arab disentralkan ke Baitul Hikmah. Untuk memperkaya instansi ini, karya-karya dan data syair di masa Jahiliah juga dikumpulkan di Baitul Hikmah. Menerjemahkan karya-karya ke bahasa Arab dapat disebut sebagai pekerjaan utama di instansi ini. Banyak penerjemah ulung dari bahasa Yunani, Suryani, Roma, India dan Pahlavi yang ditugaskan untuk menerjemahkan berbagai karya ke bahasa Arab.

Dengan demikian, Baitul Hikmah dapat dipahami sebagai pusat terjemah dan aktivitas ilmiah. Bahkan observartiom disediakan di instansi itu. Seorang penulis asal Italia, Nalino, menyebut masa itu sebagai periode gemilang ilmu perbintangan Islam.

Baitul Hikmah dikelola oleh para ilmuwan yang saat itu dikenal sebagai "Shahib Baitil Hikmah" yang artinya pengelola Baitul Hikmah. Disebutkan pula, orang-orang Iran termasuk pengelola pertama Baitul Hikmah. Di antara mereka yang paling tersohor adalah Sahal bin Harun, Saeid bin Harun dan Salam atau Salman.

Sahal bin Harun berasal dari Dasht-i Mishan, Khozestan, sekitar wilayah Ahvaz. Di pertengahan awal abad ketiga hijriah, Sahal hidup di Baghdad yang juga dikenal sebagai ilmuwan dan sastrawan  besar pada periode itu. Disebutkan pula,  keluarga Barmak menjadikan Sahal sebagai pimpinan Baitul Hikmah. Sahal sangat diakui di bidang sastra dan juga dikenal sebagai penulis ulung. Karyanya yang terkenal berhubungan dengan  politik sipil dan etika manusia yang ditulis berlandaskan  gaya Kalilawa Dimna dari bahasa binatang dan burung.

Salam atau Salman juga disebut-sebut sebagai penerjemah dan  ilmuwan Iran yang mengelola Baitul Hikmah. Ia menerjemahkan buku-buku bahasa Persia ke Arab. Beberapa bagian buku Kalilawa Dimna berhasil diterjemahkan oleh  Salman. Ia juga termasuk salah satu ilmuwan yang mengunjungi Roma dan meminta izin kepada raja saat itu untuk membawa karya-karya filsafat dan perbintangan ke Baghdad dan menerjemahkannya ke bahasa Arab.

Akan tetapi popularitas Baitul Hikmah merosot karena perpindahan pusat pemerintah Islam dari Baghdad ke Samara di masa Mu'tasim Abbasi di abad 218 hingga 227 hijriah. Menurut para pakar sejarah, Baitul Hikmah bertahan hingga serangan Mongolia ke Bagdad pada tahun 656.

Karena kerja keras penerjemah di masa itu, banyak karya ilmiah yang bertahan di dunia ini. Tak dapat dipungkiri, kerja keras ilmuwan saat itu berpengaruh pada perkembangan ilmu setelah itu. Bahkan Baitul Hikmah juga menjadi tradisi para penguasa dari masa ke masa. Sebagai contoh, al-Mustanshir Billah, khalifah Bani Umayah Andalusia mengikuti Makmun dengan membangun perpustakaan besar di Qurtuba. Di Mesir, Dinasti Fatimi juga membangun perpustakaan besar.

Dengan demikian dapat disimpukan bahwa gerakan serius untuk mengokohkan gerakan terjemah dan ilmiah dimulai dari masa Makmun. Kalangan Muktazilah juga seringkali menggunakan karya-karya filsafat Aristoteles dan mempelajarinya dengan detail untuk berdebat dengan lawan-lawan mereka. Dari sinilah ilmu teologi yang  juga dikenal dengan istilah ilmu kalam, berkembang pesat.

Baca Juga:
Kebudayaan dan Peradaban Islam; Masa Transisi dari Penerjemahan Menuju Produksi Ilmu
Kebudayaan dan Peradaban Islam; Masjid Pusat Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Kebudayaan dan Peradaban Islam; Masa Transisi dari Penerjemahan Menuju Produksi Ilmu


Di masa Makmun, khalifah Bani Abbasiah, masyarakat terdorong menuntut ilmu. Pada masa itu, banyak penerjemah yang berasal dari Iran, Irak, India dan Syam (Suriah) berdatangan ke Baghdad. Para penerjemah juga mempunyai latar belakang agama dan suku yang beragam. Ada penerjemah yang beragama Nasturi, Zoroaster, Brahmani dan Rumi. Mereka menerjemahkan banyak buku dari bahasa Yunani, Persia, Suryani, India dan lain-lain. Georgi Zeidan, penulis Kristen asal Lebanon, menulis, "Di masa itu, toko buku, institusi ilmiah dan sastra meningkat di Baghdad."


Di masa Manshur, khalifah Bani Abbasiah, ada sejumlah orang yang secara independen menaruh perhatian pada pekerjaan terjemah. Di antaranya adalah keluarga asal Iran yang bernama Bani Shakir. Bani ini juga dikenal dengan nama Bani Mousa. Menurut data sejarah, Mousa bin Shakir dan anak-anaknya yang bernama Mohammad, Ahmad dan Hassan, berasal dari Khorasan atau kota Mashad, Iran barat saat ini.

Anak-anak Mousa mempelajari bidang arsitek, astronomi, matematika, ilmu alam dan mekanik di Baitul Hikmah. Tiga bersaudara ini juga menulis dan menerjemahkan banyak karya. Disebutkan pula, karya-karyanya juga diterjemahkan ke bahasa Latin dari bahasa Arab di negara-negara Eropa. Salah satu karya yang terkenal adalah ilmu mekanik pada tahun 246 hijriah. Disebutkan pula, karya ilmu mekanik itu merupakan buku pertama mekanik di masa Islam.

Penerjemah lainnya yang juga mempunyai peran penting dalam memajukan ilmu di dunia ini, adalah Mohammad bin Mousa Kharazmi (224 hijriah). Kharazmi disebut-sebut sebagai matematikawan, pakar astronomi, geografi dan pakar sejarah.

Kharazmi berasal dari Iran, tepatnya dari daerah Kharazm yang juga dikenal Khoy. Kharazmi setelah melewati masa kecil dan belajar, menjadi anggota Darul-Hikmah di masa khalifah Makmun. Di masa itu, Kharazmi dikenal sebagai pakar astronomi, bahkan sempat menjadi pimpinan perpustakaan di masa Makmun. Dalam sejarah disebutkan bahwa Kharazmi dalam berbagai karya dan bahah kuliahnya di Akademi Jundi Shapour, seringkali merujuk karya-karya yang diterjemahkan sebelumnya, khususnya dari bahasa India dan Iran.

Kharazmi juga dikenal sebagai ilmuwan pertama yang menulis aljabar(algebra). Bahkan ia juga termasuk sebagai pendiri ilmu aljabar dalam konteks ilmu independen. Bukunya yang terkenal dan bertahan hingga kini, berjudul Aljabra. Kata Algorithm yang merupakan salah satu seni berhitung, diambil dari kata Kharazmi yang kemudian disesuaikan dengan bahasa Latin di Eropa. Setelah disesuaikan dengan istilah latin, Khorazm menjadi Algorithm.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, aljabar (algebra) merupakan cabang matematika yang menggunakan tanda- tanda atau huruf-huruf untuk menggambarkan atau mewakili angka-angka.

Banyak masalah matematika yang tidak dapat langsung diselesaikan, khususnya masalah yang berkaitan dengan aljabar. Agar lebih mudah dalam menyelesaikannya, maka masalah tersebut harus diubah dahulu dalam bentuk aljabar. Sebagai contoh, kita ingin menentukan berapa banyak air yang harus ditambahkan ke 1 liter larutan asam 30% agar larutan asam tersebut menjadi larutan asam 20%.

Pakar Timur asal Italia , Aldomieli, dalam bukunya terkait sejarah Arab, menulis, "Kharazmi adalah pakar matematika Islam terbesar. Ia tidak hanya dikenal di Timur, tapi juga terkenal di Barat. Ia termasuk pakar matematika yang terkenal. Kharazmi telah menghadirkan dunia baru di bidang matematika. Buku-bukunya di bidang matematika dan arsitek sangat terkenal."

Penerjemah lainnya adalah Sabit bin Qurrah (221-288 hijriah). Ia juga disebut-sebut sebagai penerjemah terkenal di masa khalifah Makmun. Sabit bin Qurrah dikenal sebagai pakar matematika, kedokteran dan filsafat. Ia berasal dari Hurran. Wilayah itu hingga kini masih ada di selatan Turki. Pada awalnya, Sabit bin Qurrah berniaga, tapi setelah itu ia tetarik pada filsafat, kedokteran dan astronomi.

Di masaMu'taz,Khalifah Abbasiah, Sabit bin Qurrah juga termasuk pakar astronomi kerajaan. Selain itu, ia juga menulis berbagai karya di bidang matematika, kedokteran, logika, astronomi dan lain-lain. Bin Qurrah juga menulis buku terkait mazhab Sabit dengan bahasa Suryani. Lebih dari itu, ia juga menerjemahkan karya-karya Yunani di bidang astronomi dan terjemah.

Gerakan terjemah di Baghdad hanya bertahan tidak lebih dari dua abad. Di penghujung millenium kedua masehi, aktivitas gerakan terjemah berhenti total. Akan tetapi terhentinya aktivitas gerakan terjemah bukan berarti berkurangnya kecenderungan pada ilmu-ilmu dan berkurangnya para ilmuwan. Di masa itu juga terjadi perkembangan ilmiah yang dahsyat.

Pada abad 373 hijriah, Rumah Sakit Adzudi didirikan di Baghdad yang juga menjadi tempat berkumpulnya para ilmuwan, dokter dan penerjemah. Perkembangan ilmiah pada abad keempat bersamaan dengan masa Ali Buyeh. Di antara faktor yang menghentikan aktivitas gerakan terjemah adalah tidak adanya masalah ilmiah baru. Ini bukan berarti tidak ada kemampuan untuk menerjemahkan buku-buku ilmiah berbahasa Yunani. Akan tetapi tidak ada lagi buku-buku pertama yang ditulis oleh para pendiri ilmu dan ilmuwan. Dengan kata lain, semua buku ilmiah yang ada sudah diterjemahkan. Meski demikian, gerakan ini banyak kehilangan topik-topik yang bersangkutan dengan ilmu-ilmu sosial.

Banyak bidang ilmu yang diterjemahkan dan dikaji lebih lanjut sehingga kualitas ilmunya terus meningkat. Berbagai penjelasan terkait buku-buku utama terus meningkatkan kualitas ilmu yang lebih tinggi. Dengan demikian, karya-karya yang sudah diterjemahkan kehilangan keaktualan ilmiahnya. Untuk itu, banyak permintaan untuk melakukan riset baru. bukan lagi menerjemahkan buku-buku dari bahasa lain. Para ilmuwan dan pihak-pihak yang tertarik pada perkembangan ilmu lebih cenderung memesan karya dan inovasi baru. Kondisi ini sudah mulai muncul sebelum abad ketiga hijriah, tapi praktek semacam ini mulai nampak mengemuka pada abad ketiga.

Di masa Ali Buyeh banyak permintaan untuk melakukan riset dan karya baru. Untuk itu, tidak ada lagi upaya untuk menerjemahkan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Dari sinilah gerakan terjemah tutup buku dan tidak melanjutkan aktivitasnya.

Di abad kempat hijriah terjadi perkembangan politik baru. Pemetaan politik di masa Ali Buyeh yang berlandaskan persemakmuran dinasti Islam kian menyemarakkan perkembangan ilmiah dan filsafat dari pusat pemerintah, yakni Baghdad. Kondisi inilah membuat perkembangan ilmiah menyebar di segala penjuru dunia. Bersamaan dengan berkembangnya pusat-pusat pemerintah dan politik, banyak instansi yang memberikan dukungan untuk pengembangan ilmu dan filsafat. Di masa itu, aktivitas ilmu dan filsafat kian berkembang pesat. Bahkan dapat dikatakan bahwa dinasti Ali Buyeh merupakan era renaissance atau penghidupan budaya.

 Baca Juga:
1. Kebudayaan dan Peradaban Islam; Masjid Pusat Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
2. Kebudayaan dan Peradaban Islam; Baitul Hikmah, Pusat Transformasi Ilmu Pengetahuan ke Bahasa Arab

Kebudayaan dan Peradaban Islam; Masjid Pusat Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam


Dalam peradaban Islam, institusi dan pusat-pusat ilmiah menjadi perhatian luar biasa. Peninggalan budaya yang sangat berharga dari abad ke abad mencerminkan kecemerlangan peradaban Islam. Bahkan lembaga-lembaga itu dapat dikatakan sebagai pondasi utama masyarakat Islam.

Pusat-pusat agama dan sosial seperti masjid, sekolah, akademi, perpustakaan dan Baitul Hikmah dapat berdiri kokoh di tengah masyarakat, dan bahkan menjadi simbol perdamaian dan kemajuan. Karena peradaban tinggi Islam itu, akademi-akademi dan perpustakaan berkembang cepat. Selain itu, lembaga-lembaga yang ada menjadi pusat budaya di masa itu. Tujuan utama pendirian pusat–pusat budaya adalah menjadikan seseorang muslim sebenarnya yang berwawasan luas.

Masjid menurut peradaban Islam, dapat disebut sebagai pusat sosial agama bagi umat Islam. Rasulullah Saw membangun masjid pertama di kota Madinah dengan tujuan mencerahkan umat dan mengenalkan risalah ilahiah. Untuk pertama kalinya, masjid dibangun di Madinah untuk pusat kegiatan pendidikan, pencerahan, pengadilan dan pemerintahan untuk urusan politik, militer dan budaya.

Setelah Rasulullah Saw, Imam Ali as juga melakukan hal yang sama dan menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan dan pencerahan. Imam Ali as dalam berbagai kesempatan menyampaikan pencerahan keislaman dan melakukan diskusi ilmiah. Setelah Imam Ali as gugur syahid, tradisi menghidupkan pusat-pusat pendidikan seperti perpustakaan dan sekolah dilanjutkan para pengikut Ahlul Bait as. Tradisi ilmiah secara bertahap mengalami perkembangan di Baghdad dengan berdirinya berbagai akademi, perpustakaan dan institusi pendidikan seperti Baitul Hikmah.

Di masa Imam Jakfar Shadiq as, berbagai ilmu berkembang pesat. Bahkan Imam Jakfar Shadiq as mempunyai banyak murid di bidang masing-masing. Sebagai contoh, Aban bin Taghlab adalah murid Imam Jakfar yang pakar di bidang fikih. Imam Jakfar juga mempunyai murid yang pakar di bidang teologi seperti Hisyam bin Hakam. Murid lain Imam Jakfar adalah Jabir bin Hayyan yang merupakan pakar di berbagai bidang termasuk ilmu kimia. Semua murid Imam itu beraktivitas di masjid dengan memberikan penjelasan sesuai dengan bidang masing-masing.

Imam Jakfar Shadiq as dapat disebut sebagai pendiri Mazhab Jakfari. Di Madinah, Imam Jakfar mempunyai ribuan murid yang menuntut ilmu di berbagai bidang. Dalam sejarah disebutkan bahwa lebih dari 4 ribu orang menjadi Imam Jakfar di bidang fikih dan ilmu-ilmu Islam.

Yang menariknya, Imam Jakfar pada umumnya, menyampaikan kajian di masjid. Para murid Imam Jakfar juga menjadikan masjid sebagai tempat berdiskusi. Mereka biasanya membentuk lingkaran-lingkaran diskusi di masjid dan masing-masing membahas kajian-kajian yang disampaikan dalam kuliah Imam Jakfar. Masjid  di masa itu merupakan pusat pendidikan dan kajian ilmiah. Bahkan setelah itu, sekolah-sekolah yang dibangun mempunyai bentuk seperti masjid. Ini menunjukkan hubungan erat antara sekolah dan masjid.

Meski sekolah-sekolah berkembang pesat dan berubah menjadi inostansi pendidikan independen, masjid tetap tidak kehilangan aspek mutifungsinya, termasuk pendidikan. Sebagai contoh, ada sebuah masjid di Sistan yang dibangun di abad pertama hijriah. Pada masa itu, masjid Sistan juga menjadi pusat pendidikan agama.

Di Bukhara juga ada beberapa masjid yang berfungsi untuk pendidikan hukum dan berbagai ilmu agama. Adapun di Neishabour ada sejumlah masjid jami seperti Masjid Matarzi, Masjid Aqil dan Masjid Qadim yang juga berfungsi sebagai pusat pendidikan.

Di awal perkembangan Islam, masjid-masjid dibangun di berbagai kota yang juga dilengkapi dengan perpustakaan. Di antaranya adalah masjid-masjid seperti Masjid al-Aqsha, Masjid Jami Umawi Damaskus, Masjid Jami al-Kabir Tunisia dan Masjid Jami al-Azhar Kairo. Semua masjid itu mempunyai perpustakaan yang kemudian dikenal dengan Masjid Peradaban Islam.

Di kota-kota suci juga terdapat perpustakaan-perpustakaan besar. Diantara kota suci yang juga diistilahkan dengan haram adalah Haram Makkah atau Masjidul Haram, Haram Nabawi di Madinah, Haram Imam Ali as di Najaf, Haram Imam Musa bin Jakfar as di Kazhimain, dan Haram Imam Ali ar-Ridho as di Mashad. Di samping itu ada perpustakaan besar di samping makam-makam tokoh besar seperti makam Mowlana di Qunieh, makam Ghazan Khan di Tbriz, makam Sheikh Ahmad Jaam di Turbat-e Jam. Tempat-tempat peribadatan sufi juga seringkali difasilitasi dengan perpustakaan.

Selain pusat pendidikan, rumah sakit juga menjadi salah satu pusat peradaban sosial. Rumah sakit selain berfungsi menyembuhkan para pasien, juga menjadi tempat riset para dokter. Lebih dari itu, rumah sakit saat itu juga dillengkapi fasilitas perpustakaan. Rumah Sakit Qosath di Mesir, AlKabir Mansouri di Kairo, Motadari di Baghdad dan Rumah Sakit Rey adalah di antara rumah sakit terkenal dalam peradaban Islam.

Sekolah juga termasuk pusat pendidikan dunia Islam. Sekolah di berbagai negara Islam selalu dilengkapi perpustakaan. Bahkan dapat dipastikan bahwa sekolah selalu dilengkapi perpustakaan. Sekolah Nizamiya di Baghdad, Shamisatiah, dan Khasrawiyah di Damaskus, Halawiyah dan Sharafiah di Halab, Soltaniyeh di Kairo dan ratusan sekolah lain adalah sekolah-sekolah terkenal dalam peradaban Islam.

Meksi banyak perpustakaan menjadi bagian dari fasilitas masjid dan sekolah, tapi banyak juga perpustakaan yang berdiri secara independen. Di antara perpustakaan terkenal di peradaban Islam adalah Perpustakaan Darul Kutub dan Khazanah Al-Hikmah. Perpustakaan-perpustakaan itu menjadi fasilitas umum yang melayani masyarakat. Khazanah al-Hikam milik Ali bin Yahya Munajim.

Bersamaan dengan gerakan terjemah, ilmu-ilmu Islam juga berkembang pesat. Banyak peninggalan berupa karya dan buku-buku hasil rampasan perang atau ghanimah di masa peradaban Islam. Kondisi masa itu membuat pesatnya tradisi keilmuan di negara-negara Islam.

Baca Juga: 
1. Kebudayaan dan Peradaban Islam; Masa Transisi dari Penerjemahan Menuju Produksi Ilmu  
2. Kebudayaan dan Peradaban Islam; Baitul Hikmah, Pusat Transformasi Ilmu Pengetahuan ke Bahasa Arab

Thursday, March 14, 2013

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar adalah Kewajiban Setiap Muslim


"Amar ma'ruf dan nahi mungkar adalah kewajiban bagi setiap muslim. Kewajiban media-media informasi Negara, media-media cetak, situs-situs adalah menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Dan yang terpenting dari itu adalah memperkenalkan kepada masyarakat akan kewajibannya beramar ma'ruf dan nahi mungkar." 
Amar Ma


Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Shafi Ghulpaghani dalam pertemuannya dengan sejumlah pengajar dan pelajar Hauzah Ilmiyah Qom Republik Islam Iran menyikapi beberapa kejadian penting yang terjadi akhir-akhir ini berkata,"Mengapa kita semua diam dan bungkam dalam menghadapi beberapa pelanggaran syar'i yang terjadi belakangan ini? Apakah nasehat sudah tidak memiliki tempat lagi? Apakah bisa diterima pengakuan bahwa kita berada di jalan imam Zaman afs atau mengakui al-Qur'an sebagai pedoman hidup namun ketika berhadapan dengan segala kemudharatan dan kemaksiatan malah berpangku tangan saja?."

"Kewajiban setiap yang mengaku sebagai pengikut Ahlul Bait ketika berhadapan dengan pelanggaran syar'i yang terjadi belakangan ini adalah menentangnya sesuai dengan kesanggupannya." Lanjutnya.

"Amar ma'ruf dan nahi mungkar adalah kewajiban bagi setiap muslim. Kewajiban media-media informasi Negara, media-media cetak, situs-situs adalah menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Dan yang terpenting dari itu adalah memperkenalkan kepada masyarakat akan kewajibannya beramar ma'ruf dan nahi mungkar." Tambahnya lagi.

Menyikapi persiapan masyarakat umum dalam menyambut tahun baru Iran, ulama marja taklid tersebut kemudian melanjutkan ceramahnya, "Apakah perayaan-perayaan yang disertai dengan musik dan nyanyian-nyanyian itu tidak menyalahi aturan agama? Allah menjadi saksi, bahwa saya sangat sedih dan kecewa melihat semua kenyataan ini. Berapa banyak harta baitul mal yang dihabiskan hanya untuk melecehkan hukum Islam. Di Negara ini tidak sedikit yang masih hidup dalam kemiskinan dan memiliki kesulitan hidup, mengapa semua harus dihambur-hamburkan hanya untuk sebuah perayaan memasuki tahun baru?."

"Negara ini tegak dan berdiri di atas genangan darah para syuhada, jangan sia-siakan pengorbanan mereka dengan membiarkan acara-acara yang bertentangan dengan syariat merajalela dan melemahkan semangat keislaman masyarakat Negara ini. Kita semua hari ini berhadapan dengan arwah suci para syuhada dan akan bertanggungjawab pada mereka. Kita harus siap menjawab tuntutan mereka." Tegasnya.

"Insya Allah, bangsa besar Iran dengan persatuan di bawah bendera yang sama, serta berpegang teguh pada ajaran-ajaran al-Qur'an dan Ahlul Bait as akan senantiasa berada pada kegemilangan dan kemuliaan, yang dengan itu mampu melaksanakan setiap kewajiban syar'i sehingga mendapat keridhaan dan menyenangkan hati Imam Zaman afs." Harap guru besar Hauzah Ilmiyah Qom tersebut.

Wednesday, March 13, 2013

110 Keutamaan Imam Ali as: Lautan Ilmu




Lautan Ilmu

Nersisan, seorang tokoh Kristen mengatakan, "Bila orator besar ini (Ali as) hidup di masa kita dan saat ini juga menjejakkan kakinya di mimbar Kufah, maka kalian akan menyaksikan masjid yang seluas ini akan dipenuhi oleh para tokoh  Eropa. Mereka berdatangan untuk menghilangkan dahaga ilmu dan ruhnya. (Hassastarin Faraz az Tarikh Ya Dastan Ghadir, hal 300)

Peringatan Buat Fathimah!

Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt mewahyukan kepada Rasul-Nya, ‘Katakan kepada Fathimah, ‘Jangan sampai menentang Ali. Karena bila Ali as marah, maka Aku juga akan marah." (Atsar as-Shadiqin, jilid 1, hal 253)

Air Mata dan Munajat Ali

Perawi mengatakan, "Saya melihat Ali mengangis dan air matanya menetes ke tanah. Dalam kondisi seperti itu, beliau berkata, ‘Mati bagi Ali sangat manis. Wahai orang-orang pengecut! Mengapai kalian tidak menolong Ali, sehingga kezaliman dapat dimusnahkan? Saya mendengar ada yang merenggut gelang kaki dari kaki seorang perempuan Yahudi yang mendapat perlindungan umat Islam dan ia berteriak, ‘Wa Islama! Dan tidak ada seorangpun yang menolongnya!" (Tarbiyat Farzand, hal 237)

Keikhlasan Ali

Imam Jawad as di hari Ghadir Khum pergi menziarahi makam suci Imam Ali as dan berkata, "Saya bersaksi bahwa engkau pujian Allah dan orang yang ikhlas dalam menaati-Nya." (Payam Ghadir, hal 46)

Malam-Malam Ali

Ibnu Abbas mengatakan, "Imam Ali as tidur di sepertiga pertama dari malam dan dari dua pertiga sisanya dipenuhi dengan ibadah dan membaca al-Quran. Setiap malam beliau mengerjakan shalat sebanyak 70 rakaat sambil membaca al-Quran dan menjelang Subuh beliau berzikir." (Manhaj as-Shadiqin, jilid 9, hal 36)

Makanan Sederhana

Imam Shadiq as berkata, "Imam Ali as adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah Saw dalam jenis makanannya. Beliau sendiri makan roti, cuka dan minyak zaitun, sementara kepada orang lain beliau memberikan roti dan daging." (Sire-ye Ali, hal 56)

Mengamalkan Sebelumnya

Imam Ali as berkata, "Wahai manusia! Demi Allah! Saya tidak akan mendorong kalian untuk berbuat ketaatan bila tidak melakukannya lebih dahulu. Dan saya tidak akan melarang kalian akan perbuatan maksiat, sebelum menjauhinya terlebih dahulu." (Tafsir Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 250)

Sebagian Amalan Hari Ied Ghadir Khum

1. Berpuasa yang mengampuni 60 tahun dosa.

2. Mandi.

3. Membaca ziarah Imam Ali as.

4. Melaksanakan shalat dua rakaat.

5. Membaca doa Nudbah.

6. Membaca doa:

الحمدُ للهِ الذی جَعَلنَا Ù…ِÙ†َ المُتَÙ…َسِّÚ©ِینَ بِÙˆِلایَتِ اَمیرِالمُؤمِنین Ùˆَ الاَئِÙ…َّØ©ِ عَÙ„َیهِÙ…ُ السلام

7. Memakai pakaian yang indah.

8. Gembira dan menggembirakan pengikut Imam Ali as.

9. Memaafkan orang lain.

10. Bersilaturahmi.

11. Memberi hadiah.

12. Membantu orang lain.

13. Menemui orang mukmin dan teman.

14. Banyak mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya.

Tidak Tertarik dengan Dunia

Suatu hari ada yang membawa dua onta sebagai hadiah kepada Rasulullah Saw. Beliau berkata, "Barangsiapa yang melaksanakan shalat dua rakaat dan ketika shalat ia tidak memperhatikan sedikitpun urusan dunia, satu dari onta ini menjadi miliknya."

Tidak ada seorangpun yang menyanggupi untuk melakukan shalat yang seperti diminta Nabi Saw, kecuali Ali bin Abi Thalib as. Setelah itu Rasulullah Saw menghadiahi dua onta kepada Imam Ali as. (Mizan al-Hikmah, jilid 5, hal 391)

Suara "Ya Ali!"

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Di pintu surga ada cincin emas yang dihiasi yakut merah. Ketika cincin ini diketukkan ke pintu surga terdengar suara ‘Ya Ali!'." (Payam Ghadir, hal 110)

Sumber: Hossein Deilami, Ghadir Khourshide Velayat, 1388, Qom, Moasseseh Entesharat Haram.

Friday, March 8, 2013

Shalawat: Zikir Pengampun Dosa dan Penghancur Kesalahan


Shalawat harus dijadikan pendahuluan doa dan kunci bagi terkabulkannya permohonan manusia kepada Allah Swt. Shalawat menjadi hadiah terbaik dari Allah kepada manusia yang menjadi faktor yang mengkilapkan kembali jiwa manusia dan meluaskan rahmat Allah.
Sekaitan dengan faedah dan pengaruh tak ternilai shalawat, Maksumin as telah mengisyaratkan poin-poin penting. Imam Ridha as dalam sebuah ucapannya menyebut shalawat sebagai sumber terampuninya dosa dan hancurnya kesalahan.

Imam Ridha as berkata, "Siapa saja yang tidak mampu menebus dosa-dosanya, maka hendaknya ia banyak mengucapkan shalawat. Karena sesungguhnya shalawat dapat menghapus dan membinasakan dosa, bila bukan hak manusia."(1)

Dalam kesempatan lain, Imam Husein as berbicara tentang pentingnya zikir shalawat. Beliau mengatakan, "Mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya pahalanya sama dengan mengucapkan Tasbih (Subhanallah), Tahlil (La Ilaha Illallah) dan Takbir (Allahu Akbar) di sisi Allah Swt."(2)

Imam Ridha as melakukan shalat Subuh dan setelah selesai menunaikannya, beliau biasa mengucapkan zikir Tasbih (Subhanallah), Tahmid (Alhamdulillah), Takbir (Allahu Akbar) dan Tahlil (La Ilaha Illallah), setelah itu beliau membaca shalawat kepada Rasulullah Saw dan keluarganya sehingga matahari terbit.(3)

Abdullah bin Abdullah Dehqan mengatakan:

"Suatu hari saya mendatangi Imam Ridha as dan ketika berada di hadapannya, beliau berkata, ‘Apa arti dari firman Allah Swt yang mengatakan, ‘Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat." (QS. al-A'la: 15)?"

Saya menjawab, ‘Setiap kali engkau mengingat nama Allah, maka bangkitlah untuk melaksanakan shalat.'

Imam Ridha as berkata, ‘Bila memang demikian artinya, maka Allah memberikan kewajiban yang tidak pada tempatnya dan keluar dari kemampuan manusia.'

Saya bertanya, ‘Lalu bagaimana seharusnya?'

Beliau menjawab, ‘Setiap kali dia mengingat nama Allah, maka ucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya."(4)

Catatan:
1. Bihar al-Anwar, jilid 91, hal 47, hadis 2.
2. Amali, Syeikh as-Shaduq, hal 68.
3. Bihar al-Anwar, jilid 49, hal 92, Sirah Radhawi, hal 19-20.
4. Ushul al-Kafi, jilid 4, hal 252.

103 Pesantren Indonesia Tercemar Faham Radikal Wahabi


Tanya sama ahlinyaDi Indonesia jumlah pesantren mencapai sekitar 24.000, terdiri dari pesantren bergaya tradisional, modern, dan kombinasi keduanya. Namun, akhir-akhir ini terdapat corak lain, yakni pesantren berhaluan keras atau radikal.

”Ada 103 pesantren yang terindentifikasi radikal,” kata koordinator media, data, dan informasi Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMINU), Agus Muhammad, Kamis (7/3), di Jakarta.

Agus menjelaskan, indikasi pesantren radikal dapat dilihat dari paham dan sikap keberagamaannya, antara lain, berpaham wahabi, gemar memaksakan pendapat, anti-keragaman, dan mengambil jalan kekerasan. Pesantren garis keras ini tersebar baik di dalam maupun di luar Pulau Jawa dan jumlahnya dimungkinkan akan bertambah.

”Mereka mengklaim sebagai kelompok Islam paling murni sehingga merasa berkewajiban mempurifikasi orang lain. Makanya mereka disebut puritan. Mereka suka memaksakan pendapat, sangat koersif,” ujarnya.

Menurut Agus, kelompok-kelompok yang berseberangan dengan paham ke-NU-an ini mulai tumbuh di Indonesia sekitar tahun 80-an. Mereka berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah alumni pendidikan Timur Tengah atau dalam negeri yang mendorong perilaku ekstrem.

”Sebagian dari mereka malah ada yang jelas-jelas melakukan konsolidasi melakukan kekerasan, seperti pesantren Umar bin Khattab di Bima Nusa Tenggara Barat,” imbuhnya.

RMINU memastikan, pesantren berbasis nahdliyin tidak ada yang terlibat dalam radikalisme, apalagi terorisme. Melalui prinsip tasammuh (toleransi), tawasuth (moderasi), tawazun (keseimbangan), dan i’tidal (tegak), lembaga pendidikan Islam tertua di Nusantara ini menolak berbagai bentuk kekerasan dan pembelotan terhadap NKRI.

Thursday, March 7, 2013

Nabi Saw: Ketahuilah, Surat Al-Lail Diturunkan Kepada Ali!


Hari itu, setelah menunaikan shalat Ashar, seorang lelaki mendekati Imam Ali as dan berkata, "Wahai Ali! Ada yang ingin saya sampaikan kepadamu dan saya berharap engkau sudi memenuhinya."

Imam Ali as melihatnya dan berkata, "Katakan apa yang engkau mau."

Lelaki menjelaskan, "Tetangga dekat rumah saya memiliki pohon kurma di rumahnya. Waktu itu ada angin kencang dan burung, lalu buah kurmanya terjatuh di halaman rumah kami. Saya dan anak-anak memungutnya dan memakannya. Suatu hari saya mendatanginya dan meminta agar ia menghalalkan kurma yang kami makan, tapi ia tidak rela. Sudikah engkau menjadi perantara antara kami dengannya untuk mendapatkan kehalalan dari kurma yang kami makan itu?"

Imam Ali as tidak pernah menolak untuk melakukan perbuatan baik. Tanpa banyak berpikir, beliau langsung mengikuti lelaki itu dan menemui pemilik pohon kurma. Ketika Imam Ali as melihat pemilik pohon kurma, beliau berkata, "Sudikah anda merelakan tetanggamu yang telah memakan buah kurma yang terjatuh? Semoga Allah Swt juga rela kepadamu."

Tetangga lelaki itu menolak permintaan Imam Ali as. Tapi Imam Ali as tidak berputus asa. Untuk kedua kalinya beliau mengulangi permintaan yang sama. Tapi pria itu tetap menolak. Untuk yang ketiga kalinya, Imam Ali as berkata, "Bila engkau merelakan tetanggamu, Demi Allah, saya akan menjadi jaminan dari Rasulullah Saw bahwa Allah Swt akan menganugerahimu sebuah kebun di surga."

Aneh, orang itu tidak menerimanya!

Imam Ali as kembali berkata, "Apakah engkau mau menukar rumahmu dengan satu dari kebun milikku?"

Pria itu menjawab, "Iya, saya mau menukar rumahku dengan kebunmu."

Imam Ali as memandang lelaki yang memintanya sebagai perantara guna menyelesaikan masalahnya dan berkata, "Sejak saat ini, rumah ini juga menjadi milikmu. Allah Swt memberkatimu dan rumah ini halal bagimu."

Keesokan harinya, setelah menunaikan shalat Subuh di masjid, Nabi Muhammad Saw menghadap para jamaah shalat dan berkata, "Tadi malam, siapa di antara kalian yang melakuan perbuatan baik?"

Karena tidak ada yang menjawab, Nabi Saw kembali berkata, "Kalian akan mengucapkannya, atau aku yang mengatakan?"

Ali as berkata, "Wahai Rasulullah! Silahkan anda yang mengatakan."

Nabi Muhammad Saw berkata, "Saat ini Jibril mendatangi aku dan berkata, ‘Tadi malam Ali melakukan perbuatan baik.' Saya bertanya kepadanya, ‘Apa yang dilakukannya?' Sebagai jawabannya, Jibril membawakan surat al-Lail kepadaku."

Setelah itu Nabi Saw berkata, "Wahai Ali! Engkau membenarkan surga dan mengganti kebunmu dengan rumah dan memberikan rumah itu kepada lelaki itu?"

Dengan wajah gembira Imam Ali as berkata, "Benar, wahai Rasulullah!"

Nabi Saw Bersabda, "Ketahuilah bahwa surat al-Lail diturunkan dengan sebab perbuatan baik yang engkau lakukan."

Setelah itu Nabi Saw mencium dahi Ali as dan berkata, "Saya adalah saudaramu dan engkau adalah saudaraku."

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as

Pahala Menamam Pohon

Kesempurnaan Islam menjadi daya tarik tersendiri. Dengan kata lain, segala sesuatu yang bernilai pasti mendapat perhatian dari agama langit iniPohon menjadi simbol kesejahteraan, parameter kesuburan dan manifestasi kehidupan. Pohon menyebabkan udara menjadi segar dan manusia bisa lebih dekat dengan alam. Itulah mengapa pohon merupakan satu dari anugerah dan nikmat Allah Swt di akhirat, dimana pohon menjadi ciri khas surga seperti yang telah disebutkan dalam banyak ayat dan riwayat.

Sekaitan dengan menanam pohon, Rasulullah Saw mewasiatkan, "Bila tiba Hari Kiamat dan di tanganmu ada sebuah tunas pohon, maka sebisa mungkin jangan berdiri terlebih dahulu sehingga tunas itu ditanamnya."(1)
Ketika beliau ditanya tentang pahala menanam pohon, Nabi Saw bersabda, "Tidak seorang muslim yang menebar bibit atau menanam tunas dan hasil dari bibit dan tunas itu dapat dimanfaatkan oleh burung, manusia dan hewan memamah biak, kecuali perbuatannya itu terhitung sedekah."(2)bi

Di tempat lain Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada orang yang menanam pohon, kecuali Allah Swt menuliskan pahala untuknya seukuran buah dari pohon itu."(3)

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Barangsiapa yang menanam pohon dan sabar menjaga dan merawatnya, sehingga memunculkan buah, maka setiap kali buah yang dimakan akan dihitung oleh Allah Swt sebagai sedekah untuknya."(4)

Catatan:
1. Kanz al-Ummal, 9056, Muntakhab Mizan al-Hikmah, 290.
2. Kanz al-Ummal, 9051, Muntakhab Mizan al-Hikmah, 290.
3. Kanz al-Ummal, 9075, Muntakhab Mizan al-Hikmah, 290.
4. Kanz al-Ummal, 9081, Muntakhab Mizan al-Hikmah, 290.

Sumber: ISNA

Sunday, March 3, 2013

Kecam Pembantaian Kaum Syiah, Ayatullah Saied Al-Hakim Kirim Surat ke PBB

Ayatullah Sayed Muhammad Saied Hakim, salah satu marja' besar Irak dalam sebuah suratnya kepada sekretaris jenderal PBB, mengecam keras pembantaian kaum muslim Syiah yang terjadi di dunia khususnya di Irak dan Pakistan, serta menekankan perlunya untuk menentang kejahatan tersebut. RNA melaporkan, Minggu (3/3).

Dalam pesannya, beliau menulis, "Masyarakat internasional harus bertanggung jawab terhadap pembantaian kaum Syiah dan pemboman teroris terutama di Irak dan Pakistan, dan tidak bersikap acuh tak acuh terhadap bencana ini."

Beliau menilai bahwa menyerang daerah sibuk dan tempat ibadah kaum Syiah sebagai kejahatan yang tidak manusiawi dan meminta kepada PBB untuk mengutuk tindakan semacam ini.

Ayatullah Hakim melanjutkan, "Kegagalan dalam menangani kejahatan teroris dapat membuat negara-negara pesimis terhadap lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi internasional."

Perlu dicatat bahwa pesan ini telah diberikan kepada Martin Coupler, wakil PBB di Irak oleh anggota parlemen Irak, Abdul Hakim Hadi, dan Coupler akan memberikan surat ini ke Ban Ki Moon dalam beberapa hari ke depan.

Hadis Akhlak Ushul Kafi: Menyakiti Orang Tua



Menyakiti Orang Tua
 
1. Imam Shadiq as berkata, "Menyakiti orang tua yang paling sederhana adalah ketika mengatakan "Uffin" (ah) kepada mereka. Bila ada yang lebih kecil dan lebih hina dari itu, maka sudang barang tentu itupun akan dilarang."(1)

2. Rasulullah Saw bersabda, "Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, maka engkau akan mendapat tempat di surga. Tapi bila engkau menyakiti mereka, maka tempatmu di neraka."(2)

3. Imam Shadiq as berkata, "Barangsiapa yang melihat kedua orang tuanya dengan pandangan permusuhan, sementara keduanya juga berbuat zalim kepadanya, Allah tidak akan menerima shalatnya."(3)

4. Rasulullah Saw bersabda, "Jangan menyakiti orang tua! Karena bau surga dapat dirasakan dari jarak 1000 tahun, tapi mereka yang menyakiti orang tua tidak dapat merasakannya."(4)

Catatan:
1. Bab al-‘Uquq, hadis 1.
2. Ibid, hadis 2.
3. Ibid, hadis 5.
4. Ibid, hadis 6.

Sumber: Vajeh-haye Akhlak az Ushul Kafi, Ibrahim Pishvai Malayeri, 1380 Hs, cet 6, Qom, Entesharat Daftar Tablighat-e Eslami.

Friday, March 1, 2013

Pandangan Syi'ah tentang Shahabat Nabi saw dan keislaman Ahlussunnah Wal Jama'ah


Pandangan resmi ulama-ulama panutan Syi’ah Itsna asy’ariyah perihal para Sahabat, Istri-Istri Nabi saw dan Nasab Rasulallah SaW

Ayatullah Jaafar Subhani salah seorang Marji’ terkemuka menyatakan : “Syiah menganggap kemurtadan ini adalah berpaling dari kepimpinan, bukannya keluar dari Islam.. Bagaimana mungkin Syiah mengkafirkan semua sahabat sedangkan lebih 150 orang daripada kalangan mereka itu adalah pengikut Ali (as)..Syiah tidak pernah mengkafirkan para sahabat, bahkan mencintai dan menghormati mereka.. Namun kami tidak menganggap mereka semua adil””

Ayatullah Jaafar Subhani salah seorang Marji’ terkemuka menyatakan, “Syiah tidak pernah mengkafirkan para sahabat, bahkan mencintai dan menghormati mereka.. Namun kami tidak menganggap mereka semua adil.” -Qom-

Rahbar: Salah Satu Program Zionis Menebar Perselisihan di Tengah Umat Islam

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menyatakan bahwa sebagian besar kesulitan yang dihadapi kaum muslimim berasal dari musuh-musuh Islam. Hal itu beliau katakan Rabu (27/2) petang saat menerima kunjungan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari.

"Menghidupkan kembali semua kapasitas dan potensi sumber daya manusia, alam dan geografis yang dimiliki Dunia Islam akan sangat membantu mengatasi kesulitan yang ada," kata beliau.

Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut penguatan dan perluasan hubungan antar Negara Islam sebagai faktor kedua yang dapat membantu penyelesaian masalah dan kesulitan bangsa-bangsa Muslim. "Menebar perpecahan dan perselisihan di tengah umat Islam adalah bagian dari program yang sudah dirancang oleh kaum zionis dan para arogan yang lain," tegas beliau.

Menyinggung hubungan emosional dan persaudaraan yang mendalam dan luas antara Iran dan Pakistan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Kami sangat meyakini bahwa kedua negara harus meningkatkan hubungan ekonomi, infrastruktur, politik, sosial dan keamanan."

Seraya menyebut proyek pipa gas Iran dan Pakistan sebagai contoh penting dari kerjasama Tehran-Islamabad, beliau menjelaskan sikap musuh yang menentang perluasan kerjasama bilateral ini.

"Penentangan seperti ini harus dilawan dengan tegas," ungkap beliau.

Rahbar menekankan bahwa bagi setiap negara, termasuk Pakistan, memiliki sumber energi yang aman dan lestari adalah masalah yang paling vital.

"Di kawasan ini, Republik Islam Iran adalah satu-satunya negara yang memiliki sumber energi yang aman. Kami siap memenuhi kebutuhan Pakistan dalam hal ini," kata beliau.

Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan bahwa pertikaian dan perpecahan sektarian dan partisan di Pakistan ibarat bakteri asing yang berbahaya.

"Pembunuhan bermotif madzhab di Pakistan merupakan peristiwa yang sangat disesalkan. Harus ada langkah tegas supaya fenomena ini tidak merusak persatuan nasional Pakistan," kata beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan optimis bahwa pemerintah Pakistan akan mampu menangani masalah ini.

"Kami berharap, pemerintahan Anda sukses dalam memperkuat persatuan madzhab dan golongan serta dalam upaya memajukan Pakistan," imbuh beliau.

Dalam pertemuan itu, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang menyatakan gembira dapat bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam, mengatakan, "Kami sangat menginginkan perluasan hubungan bilateral kedua negara."

Presiden Pakistan menambahkan, "Upaya yang dilakukan para pemain global dan regional untuk mencegah perluasan hubungan bilateral antara Iran dan Pakistan adalah upaya yang gagal. Sebab, bangsa-bangsa ini sudah tahu apa yang harus dilakukan dalam melawan musuh-musuh Islam."

Asif Ali Zardari meyakini bahwa musuh-musuh Pakistan menginginkan terjadinya perang saudara di negara ini.

Ditambahkannya, "Dengan iringan doa Anda, kami tak akan membiarkan agenda itu terlaksana."
Sumber :Khamenei.ir