Search

Thursday, January 3, 2013

Penyebab Ibadah Tidak Diterima


Rasulullah saww bersabda, “Ibadah  yang disertai dengan memakan (makanan) yang haram sama saja seperti (mendirikan) bangunan di atas pasir” (Al-Bihar 103 : 16)
Seorang mukmin sejati bersikap sabar terhadap musibah apa pun yang menimpanya. Ia sabar karena ia percaya akan kebijaksanaan dan rahmat Allah, dan yakin bahwa ia akan mengetahui hikmah dan manfaat dari kesulitannya tersebut: belajar melalui percobaan.

Ia sabar menjalani hidup tanpa melakukan hal-hal yang diharamkan. Ia sabar pada saat-saat sulit, dengan keyakinan bahwa semuanya akan berakhir dengan kebahagiaan. Allah menasihatinya untuk mengalahkan musuhnya : ego-nya, musuh utamanya dalam hidup sesuai dengan ajaran Tauhid.

Namun sedikit sekali orang-orang yang imannya kuat yang dapat bertahan tidak hanyut dalam arus kehidupan, ditengah-tengah budaya persaingan, materialistik, dan eksploitatif.
Lingkungan seperti ini mungkin lebih mempertebal iman orang yang telah kuat imannya, namun akan menyebabkan banyak kesulitan dan kebimbangan bagi orang-orang yang lemah imannya.
Kebanyakan kita membutuhkan legitimasi dari orang-orang yang berpikiran sama dengan kita;  perasaan aman tidak hanya ditemukan pada jumlahnya saja, namun juga pada kualitasnya. [100]

MEMAKAN HARTA HARAM

Ada beberapa sebab ibadah tidak diterima Allah. Di antaranya adalah : memakan harta haram. Imam Khomeini qs memasukkan memakan harta haram sebagai salah satu dari 41 dosa-dosa besar. [101]
Mengkonsumsi makanan yang haram dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh, dan masyarakat, secara politik dan ekonomi. Bahaya paling besar lantaran makanan haram, dari sisi individu dan sosial, adalah kehancuran dan kemerosotan akhlak.
Al-Qur’an menerangkan, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah: 188)
Rasulullah saww bersabda, “Allah melaknat pemberi suap, penerima suap, dan perantara di antara keduanya.”

Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Memakan (makanan yang) haram memiliki banyak jenis.” Ya, lelaki dan wanita yang berzina, juga pemakan suap, termasuk kategori orang yang memakan (makanan) haram. Imam Ja’far al-Shadiq as melanjutkan, “Adapun suap dalam masalah hukum adalah kekafiran terhadap Allah yang Mahaagung.”

Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Tidak ada ibadah yang lebih utama daripada menjaga kehormatan perut dan kemaluan.”
Imam al-Sajjad as berkata, “Hak perut Anda adalah bahwa Anda tidak menjadikannya sebagai tempat penampungan makanan haram.”

Imam Ali Zainal Abidin al-Sajjad as jugaberkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih Allah cintai setelah pengenalan keberadaan-Nya (ma’rifatullah) daripada menjaga kehormatan perut dan kemaluan.”
Rasulullah saww bersabda, “Ada 3 perkara yang saya takutkan menimpa umat saya, yaitu kesesatan setelah memperoleh petunjuk, fitnah-fitnah yang menyesatkan, serta syahwat perut dan kemaluan.”

Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Semua dosa-dosa adalah berat dan besar; sementara dosa paling besar adalah dosa yang dengannya tumbuh daging dan darah.”
Beliau juga berkata, “Jika seseorang mencari harta haram, maka ibadah haji, umrah, dan silaturahminya tidak akan diterima”

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Musa as melihat seseorang yang tengah menangis dan memohon kepada Tuhan. Dia mengangkat kedua tangannya ke arah langit seraya berdoa dengan penuh khusyu’. Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as, “Meskipun dia berdoa dengan sungguh-sungguh, maka doanya tidak akan pernah terkabul. Karena, di dalam perutnya terdapat barang haram, di atas pundaknya terdapat barang haram, dan di dalam rumahnya terdapat barang haram.”
Seseorang datang menghadap Rasulullah saww seraya berkata, “Saya ingin doa saya terkabul.” Lalu Rasulullah saww bersabda, “Sucikanlah makanan Anda dan janganlah Anda masukkan barang haram kedalam perut Anda. Barangsiapa yang ingin doanya terkabul, maka hendaklah dia mencari makan dan pekerjaan yang halal.”

Dalam sebuah riwayat lainnya disebutkan bahwa meninggalkan segenggam makanan haram saja, di sisi Allah, adalah lebih mulia ketimbang pahala melakukan shalat sunah 2.000 rakaat. Dan menolak 1/6dirham (satuan mata uang) harta haram adalah lebih utama daripada melaksanakan70 ibadah haji yang diterima.
Rasulullah saww bersabda, “Barangsiapa yang penghidupannya dari harta yang haram, maka Allah  tidak  menerima sedekahnya,  tidak  menerima amal memerdekakan budaknya, tidak juga menerima hajjinya dan umrahnya dan Allah mencatatnya amalnya yang banyak dengan  kebatilan dan  tiada tersisa amalnya setelah kematiannya  sehingga  akhirnya ia  digiring ke neraka. Tetapi jika  ia meninggalkan usaha  haramnya itu karena takut kepada Allah,  maka (Allah) masukkan ia ke dalam cinta-Nya dan rahmat-Nya dan diperintahkan kepadanya untuk masuk ke surga” [102]

DURHAKA KEPADA KEDUA ORANGTUA

Faktor lainnya yang menyebabkan ibadahseseorang ditolak adalah durhaka kepada kedua orangtua. Imam Ja’far al-Shadiq as mengatakan, “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan kesal atau benci, maka shalatnya (ibadahnya) tidak diterima” [103]

MELAKUKAN GHIBAH

Ghibah juga dapat mengakibatkan ibadah-ibadah kita ditolak Allah ‘Azza wa Jalla. Rasulullah saww bersabda, “Barangsiapa mengumpat (ghibah) seorang muslim lelaki mau pun perempuan (yang tidak zalim) maka tidak diterima shalatnya, dan puasanya selama empat puluh hari empat puluh malam, kecuali orang diumpat memaafkannya” [104]

MERINGAN RINGANKAN SHALAT

Meringan-ringankan atau meremehkan shalat juga termasuk sebab ditolaknya ibadah-ibadah kita. Imam al-Shadiq as mengatakan, “Demi Allah! Bahwasanya ada seorang laki-laki yang melakukan shalat selama lima puluh tahun, tetapi tidak ada satu pun shalatnya yang diterima. Mana ada yang lebih mengerikan dari hal ini?!  Demi Allah!  Sesungguhnya kalian tidak tahu, baik dari tetangga atau sahabat kalian bahwa orang itu tidak diterima shalatnya karena ia meringan-ringankannya” [105]

MINUM KHAMAR

Tentang meminum khamar, Rasulullah saww diriwayatkan bersabda, “Orang yang minum khamar tidak diterima shalatnya selama 40 subuh (hari)” [106]
Dalam riwayat lainnya, Imam Ja’faral-Shadiq as juga berkata, “Tidak diterima shalat peminum khamar selama 40 hari, kecuali ia bertaubat” [107]

TIDAK IKHLAS

Rasulullah saww bersabda, “Jika engkau melakukan amal (ibadah), lakukanlah semata-mata karena Allah dengan ikhlas, karena tidak akan diterima amal (ibadah) dari hamba-hamba-Nya, kecuali yang dilakukan dengan ikhlas” [110]
Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Naskah : Quito Riantori

Ahlul Bait: Penerbitan Komik yang Hina Nabi Muhammad Bagian dari Konspirasi Yahudi


mu.jpgPenghinaan kepada Nabi Muhammad SAW seakan-akan tak pernah berakhir. Majalah mingguan Perancis, Charlie Hebdo, berencana akan membuat lagi komik tentang Nabi Muhammad SAW. Di saat yang sama, komik berjudul Biography of The Prophet Muhammad dipromosikan di laman www.prophetmuhammadillustrated.com, yang juga berisi penghinaan kepada Rasulullah. Dalam komik yang dibagi ke dalam 22 bab itu misalnya memuat bab dengan judul The Satanic Verses dan Pedophila in Islam.
Sekretaris Ahlul Bait Indonesia (ABI), Ahmad Hidayat, menilai penghinaan terhadap panutan umat Islam ini dimotivasi oleh kalangan Yahudi Zionis. Kelompok Yahudi Zionis ini terus melakukan konspirasi secara sistematis dan terstruktur untuk melecehkan umat Islam dan Nabi Muhammad, dengan tujuan menghambat kebangkitan Islam.

"Karena itu kami mengecam keras dan protes atas penerbitan komik itu," kata Ahmad Hidayat kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Kamis, 3/1).
Di saat yang sama, Ahmad mengingatkan umat Islam agar intropeksi dan mengevaluasi diri. Tidak jarang, pandangan negatif pihak lain muncul karena ulah dari umat Islam itu sendiri, atau dari sekelompok orang yang mengaku agama Islam.

"Misalnya tindakan anarkis atas nama agama kepada agama lain atau kelompok lain, yang sebenarnya bukan dari ajaran Islam," demikian Ahmad.

Sumber: Rakyat Merdeka Online

Menyingkap Hakikat Wahabisme, Mengenal Muhamad bin Abdul Wahhab


Sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai sejarah Ibnu Taimiyyah, ulama yang hidup antara abad 7 dan 8 H dan pemikirannya. Reaksi para ulama dan jawaban yang mereka berikan berhasil mengubur pemikiran sesat itu bersama dengan kematian pencetusnya yang meninggal dunia tahun 728 H. Akan tetapi, lima abad kemudian, pemikiran itu dihidupkan kembali oleh seorang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi di Jazirah Arab. Siapakah Muhammad bin Abdul Wahhab?



Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H di Jazirah Arab. Sejak masa remaja dia tertarik  pada pemikiran Ibnu Taimiyyah. Ketertarikan itu telah membawanya untuk mengambil jalan yang sama dengan yang ia idolakan dengan memaparkan pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran Islam yang hakiki. Untuk menyebarkan pemikirannya, ia dibantu oleh kekuatan pedang penguasa wilayah Najed. Ibnu Abdil Wahhab menyebarkan ajarannya di negeri yang paling dihormati oleh umat Islam, yaitu  Mekah dan Madinah.

Ayah Muhammad bin Abdil Wahhab sudah mengkhawatirkan masa depan putranya itu yang sejak kanak-kanak menunjukkan sikap dan perilaku yang menyimpang. Sejak masa pendidikan di kota Madinah, dia sering mengolok-olok kepercayaan umat Islam dan mencemoohnya. Tak jarang dia memaparkan pendapat yang aneh. Hal itu telah membuat para gurunya khawatir. Di Madinah dia mengecam ziarah ke makam Rasulullah Saw. Diceritakan bahwa sejak masa remaja, Muhammad bin Abdul Wahhab gemar membaca biografi nabi-nabi palsu seperti Musailamah al-Kadzdzab, Sajjaj, Aswad al-Ansi dan semisalnya bahkan mengagumi mereka. Meski demikian, tak dipungkiri bahwa pemikiran Ibnu Abdil Wahhab bersumber pada ajaran Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim al-Jauzi.

Penentangan warga kota Madinah terhadap pemikirannya memaksa Muhammad bin Badil Wahhab meninggalkan kota suci itu dan kembali ke Najed. Tak lama setelah itu, ia bertolak ke Basrah. Di kota itu dia ditentang habis-habisan oleh para ulama  dan warga karena sikap dan pemikirannya. Ia pun diusir dari kota itu.

Menurut para ulama, pemikiran Muhammad bin Abdil Wahhab lebih ekstrim dibanding Ibnu Taimiyyah. Dia memiliki pandangan yang jauh keluar dari jalan lurus umat Islam sampai mengkafirkan seluruh umat Islam yang berbeda pandangan dengannya dan bahkan menghalalkan darah mereka. Dengan pemikirannya yang sesat itu, dia menyebut negeri-negeri Islam bahkan Mekah dan Madinah sebagai Darul Kufr dan Darul Harb lalu memerintahkan para pengikutnya untuk menghancurkan tempat-tempat suci. Kekerasan dan keberingasan merupakan ciri khas perilaku Muhammad bin Abdil Wahhab dan para pengikutnya.

Muhammad bin Abdil Wahhab bukan hanya ditentang oleh ayahnya saja, tetapi kakaknya yang bernama Sulaiman bin Abdil Wahhab juga bangkit melakukan perlawanan terhadap pemikiran adiknya. Ketika masih hidup, Abdul Wahhab menjadi tokoh utama yang menghalangi penyebaran pemikiran sesat putranya. Tahun 1153 H, Abdul Wahhab meninggal dunia, dan sang anak memperoleh kesempatan untuk mengajak masyarakat kepada pemikirannya. Dia mendapat penentangan dari para ulama termasuk kakaknya Syeikh Sulaiman yang menulis buku berjudul ‘Al-Shawaiq Al-Ilahiyah fi Al-Radd ‘ala Al-Wahhabiyah'.

Syeikh Sulaiman juga kerap menulis surat kepada saudaranya itu memperingatkan akan bidah yang dibuat oleh pemikiran Wahhabiyyah. Dalam salah satu suratnya Syeikh Sulaiman menulis, "Aku menuliskan apa-apa yang aku pelejari dari para ulama. Jika engkau menerima maka itu lebih baik dan saya bersyukur kepada Allah. Jika tidak, aku tetap bersyukur karena telah melaksanakan apa yang menjadi kewajibanku. Ketahuilah bahwa Allah Swt telah mengutus Nabi-Nya, Muhammad Saw dengan al-Quran dan agama yang benar kepada dunia supaya agamanya unggul atas agama-agama yang lain. Dia telah menurunkan al-Quran untuk menjelaskan segala sesuatu. Allah Swt telah menepati janji-Nya dan mengunggulkan agamanya atas agama-agama yang lain."

Lebih lanjut Syeikh Sulaiman membawakan ayat-ayat suci al-Quran dan hadis yang menetapkan bahwa umat Nabi Muhammad Saw adalah sebaik-baik umat dan mengikuti ajaran agama ini adalah kewajiban bagi semua orang.  Dia mengingatkan saudaranya akan ayat 115 surat al-Nisa' yang menyebukan, "Siapa saja yang menentang Nabi setelah kebenaran menjadi jelas dan mengikuti jalan selain jalan orang-orang yang beriman maka Kami akan membawanya kepada jalan (kebatilan) itu dan memasukkannya ke dalam neraka dan dia akan itulah seburuk-buruk tempat kembali."

Muhammad bin Abdil Wahhab tidak menggubris nasehat saudaranya dengan tetap mempertahankan pemikiran sesatnya dan mengkafirkan mereka yang tidak sejalan dengannya. Di bagian lain, Syeikh Sulaiman mengingatkannya dan menyatakan, "Nabi Saw telah mengatakan kepada kita bahwa manusia yang bodoh tidak seharusnya bersikeras dengan pendapatnya. Jika tidak mengetahui permasalahan maka wajib baginya untuk bertanya kepada ulama. "Maka tanyakanlah kepada Ahlu Dzikr jika kalian tidak mengetahui. (Q.S. al-Anbiya: 7)."

Seluruh nasehat dan peringatan yang disampaikan oleh para ulama tidak membekas sama sekali di hati Muhammad bin Abdil Wahhab. Dia tetap menyebarkan pemikirannya dan berhasil mengajak banyak orang di wilayah Najed untuk mengikutinya. Para pengamat sosial meyakini bahwa salah satu faktor yang membuat warga Najed mengikuti ajaran Muhammad bin Abdil Wahhab adalah krisis budaya dan sosial yang menimpa masyarakat Najed di zaman itu. Sebab, mereka tak lebih dari masyarakat yang tinggal di wilayah gurun sahara yang kurang berperadaban, berpengetahuan agama minim dan relatif bodoh. Siapa saja akan mudah memperdaya dan menipu mereka. Apalagi, Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal pandai berorasi dan tutur katanya dapat memikat orang awam. Tak heran jika dalam waktu yang reltif singkat, dia berhasil menarik banyak orang kepada pemikirannya. Hanya saja peran pedang dan kekerasan Muhammad bin Saud yang didukung kekuatan imperialis Inggris dalam penyebaran pemikiran Wahhabisme tidak bisa dianggap enteng.

Mengungkap Arti Arbain

Kehidupan maknawiah tidaklah lepas dari nilai angka-angka. Setiap angka memiliki arti tersendiri. Nilai angka lima diartikan bahwa ada lima nabi ulul azmi (lima nabi pembawa kitab suci), dan lima anggota keluarga Nabi Muhammad saw.
Nilai angka tujuh diartikan dengan tujuh langit dan tujuh kota cinta, tujuh tahapan perjalanan ruhani dalam irfan, dan tujuh kali tawaf di Baitul Haram Kakbah.
Angka dua belas diartikan dua belas manusia suci, dua belas mata air yang terpancar dari batu oleh mukjizat Nabi Musa a.s. Angka empat belas diartikan sebagai 14 manusia suci.

Akal manusia mencapai tingkat kesempurnaan aqliah pada usia empat puluh tahun dan ini berlaku untuk setiap orang. Nabi Muhammad saw. pada usia empat puluh tahun terpilih manjadi nabi, Nabi Musa a.s. empat puluh hari menyendiri di atas gunung untuk mendapatkan tujuh perintah (seven commandements) untuk kaumnya.


Kaum Bani Israil dikarenakan kekafiran akan nikmat Tuhan dan penyembahan mereka kepada anak sapi mereka dihukum selama empat puluh tahun. Penyempurnaan pembentukan dalam penciptaan tubuh Nabi Adam a.s. dalam empat puluh hari. Kaum arif dan penempuh jalan ruhani melakukan pembersihan diri mengacu dari empat puluh hari penciptaan Nabi Adam a.s.


Syekhul Isyraq mengatakan bahwa Allah Swt. mencipta manusia dalam empat puluh hari dan setiap harinya ia memberikan sifat kepadanya di mana setiap hijab dan tabir melingkupinya hingga pada hari ke empat puluh sifat-sifat itu mencapai puncaknya.


Dalam proses pembersihan diri seorang penempuh jalan ruhani setiap harinya harus membersihkan dirinya dari sifat-sifat ini hingga mereka pada hari keempat puluh mendapati dirinya sebagai manifestasi dari Yang Maha Haq.


Meskipun nilai empat puluh adalah jumlah angka, akan tetapi dalam budaya irfan Islam (tasawuf) nilai ini berarti “Kebagaimanaan dalam perilaku”, untuk itu dalam pengulangan amal perbuatan sampai empat puluh kali adalah salah satu dimensi penyebab kesempurnaan ruhaniah manusia. Sayid Mahdi Bahrul Ulum terkait dengan angka empat puluh mengatakan:


Saya yakin kepada diriku dan mengatakan bahwa ini adalah nilai angka yang mulia dari jumlah angka-angka yang memiliki kekhususan dan pengaruh yang spesifik dalam kapasitas dan penyempurnaan secara alamiyah menuju tingkatan keyakinan.


Kekhususan angka empat puluh dalam mewujudkan prilaku dan perbuatan, kecerdasan, ataukah kebiasaan dalam sifat adalah satu hal yang telah di riwayatkan dalam hadis dan sunnah. Angka empat puluh dalam suluk atau proses pembersihan diri digunakan untuk menarik cahaya emanasi Ilahi sebagaimana yang di beritakan dalam Quran dan hadis-hadis dari para maksum a.s. serta para wali Allah. Pada kenyataannya angka empat puluh adalah simbolisasi dari proses penyempurnaan, kehadiran kesempurnaan, kematangan, keterlepasan dari kebodohan dan kekosongan tingkatan pertama dari kebangkitan dan kesadaran, dan sebagainya.


Banyak contoh yang bisa kita ambil dalam ayat dan riwayat yang menceritakan keutamaan angka empat puluh tapi pada akhirnya seperti dalam banyak hal bagi manusia adalah satu hal yang belum bisa dipahami. Begitupun nilai angka empat puluh. Rahasia apa sebenarnya yang tersimpan pada angka empat puluh ini tak kalah setelah empat puluh hari meninggalnya seseorang para keluarga dan kerabat pada berkumpul untuk menyatakan kesedihan dan bela sungkawa, kalaulah tujuannya adalah untuk mengingat orang yang mati tadi mengapa tidak mengambil angka tiga puluh, lima puluh atau angka berapa saja dan tidak memberikannya pada satu angka khusus?


Pada angka empat puluh ada tabir apa yang belum terungkapkan dan setelah berlalunya angka empat puluh ini kejadian apa yang akan terjadi, apakah kabut kesedihan angka bangkit atukah kemampuan penyelesaian masalah semakin peka dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk memikirkan apa yang telah berlalu.


Mungkin perayaan Arbain (hari keempat puluh syahidnya Imam Husain a.s.) memberikan pandangan kepada manusia akan peristiwa Karbala, menjaga nilai-nilai kebangkitan, pesan-pesan dan menghidupkan peristiwa syahadah putra nabi. Sebuah kejadian yang kalau kita ibaratkan dengan Quran memiliki rahasia-rahasia yang tak terhitung dan tak ternilai.


Di manapun Arbain, di situlah langit syahadah dan di situlah cahaya hidayah berjalan. Di hari ini berusahalah jauh dari kesalahan dan perilaku-perilaku yang berlebihan, kenalilah Imam Husain dengan sebaiknya dengan penuh kejujuran dan penguatan nafas kesuciannya sehingga kita semua termasuk dalam kafilah cahaya yang bergerak menuju cita dan harapan kemanusiaan sejati.

Kembali LPPI Makassar Menebar Fitnah tentang Iran

Kembali LPPI Makassar Menebar Fitnah tentang IranLPPI selanjutnya menulis, "Digantikan oleh kota-kota 'suci' di Iran seperti Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat kepada 'kota-kota suci' itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana." Disini LPPI melakukan kesalahan fatal. Kota Najaf bukan di Iran, melainkan di Irak. Muslim Syiahpun tidak pernah menyebut Teheran sebagai kota suci.  
 
Menurut Kantor Berita ABNA, setelah sebelumnya menyebar video rekayasa untuk memperolok-olok ulama Iran, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) Wilayah Indonesia Timur yang bermarkas di Makassar kembali menyebar fitnah baru. Dalam salah satu postingannya, LPPI Makassar yang diketuai H. Said Abdusshamad, Lc tersebut mengaitkan logo dalam bendera nasional Republik Islam Iran dengan simbol agama Sikh. Sekilas kedua gambar tersebut memang tampak sama namun ketika diperhatikan lebih seksama akan Nampak dengan jelas perbedaan keduanya.
Dalam postingannya yang diberi tajuk, "Sejarah Desain Bendera Republik Syiah Iran", LPPI menulis beberapa pertanyaan yang perlu diberi tanggapan oleh tim redaksi ABNA.
Pertama, LPPI menulis, "Tak bisa dipungkiri, Syiah dengan negara Iran-nya telah memalingkan hati sebagian kaum Muslimin. Dulu, mereka mencintai dua kota suci Islam, Makkah dan Madinah, sehingga tiap kali mereka mengingatnya, mereka rindu untuk menziarahinya dengan tujuan umrah atau haji."
Tanggapan ABNA:
Siapa sebagian kaum muslimin yang dimaksud LPPI telah terpalingkan hatinya dari mencintai dua kota suci Islam Makah dan Madinah? Bagaimana LPPI bisa memastikan bahwa hati sebagian kaum muslimin itu telah berpaling? Apakah setiap mereka yang melakukan perjalanan ziarah ke kota-kota di Iran dan Irak telah berarti berpaling hatinya dari Makah dan Madinah?. 
Kedua, LPPI menulis, "Namun dengan adanya Syiah dan juga dengan Republik Iran telah membuat sebagian dari mereka tersilaukan, kesatuan mereka terpecah. Kecintaan mereka terhadap dua kota suci Islam sedikit demi sedikit menjadi pudar. Digantikan oleh kota-kota 'suci' di Iran seperti Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat kepada 'kota-kota suci' itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana."
Iran menjadi segalanya dalam hati mereka.
Tanggapan ABNA:
Pernyataan LPPI, "Kecintaan mereka terhadap dua kota suci Islam sedikit demi sedikit menjadi pudar" adalah pernyataan yang sarat dengan fitnah. Apakah jumlah Jemaah haji dan mereka yang umrah ke Haramain setiap tahunnya berkurang karena lebih memilih berziarah ke kota-kota yang dianggap suci di Iran?. Dilansir dari www.jurnalhaji.com, disebutkan jumlah peminat haji khusus terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan disebutkan, sejak beberapa tahun terakhir calon jamaah yang ingin berangkat dengan menggunakan jasa layanan haji plus juga harus masuk daftar waiting list sebagaimana pada layanan haji reguler. Pengguna jasa layanan haji plus harus menunggu antrian rata-rata 2-3 tahun sementara pengguna haji reguler sendiri masa tunggunya berkisar 4-12 tahun. Masa tunggu tersebut terpaksa diperlakukan karena pihak Arab Saudi hanya memberikan kuota satu persen saja dari total jumlah penduduknya di setiap Negara. Mengenai peminat umrah, situs tersebut menuliskan, Pada 2010, jumlah jamaah yang pergi umrah hanya ada 160 ribu orang. Tahun berikutnya, versi data Himpuh (Himpunan Penyelenggara Umroh dan Haji Indonesia ) ada 260 ribu orang. Sedangkan data dari kedutaan besar Indonesia ada 300 ribu. Dan tahun berikutnya tentu diperkirakan jumlah peminat akan menembus angka diatas 300 ribu.
Menyikapi fenomena tersebut http://suarapengusaha.com menurunkan berita, "Jumlah jamaah naik pesat pengusaha perjalanan haji umrah menjamur". Sementara muslimdaily.net melansir berita adanya peningkatan jamaah haji Cina yang meningkat pesat. Untuk tahun 2012, 3 juta muslim Cina berkeinginan menunaikan ibadah haji, namun yang bisa diberi izin oleh pemerintah Cina hanya 13.800 orang menyusul permintaan dari pihak Arab Saudi yang membatasi jumlah calon jamaah haji.
Disitus http://haji.kemenag.go.id, berdasarkan laporan kementerian Haji Arab Saudi untuk tahun 2012 ada 5,5 juta orang yang melakukan umrah, sementara pada tahun 2005 hanya 2,5 juta peziarah. Jadi, dari mana LPPI bisa menyimpulkan bahwa hati sebagian umat Islam telah berpaling dari dua kota suci Makah dan Madinah dengan keberadaaan Syiah dan Iran sementara data-data yang ada menyebutkan jumlah kaum muslimin yang berminat untuk menziarahi dua kota suci itu setiap tahunnya semakin meningkat?. Kalau yang dimaksud LPPI sebagian kaum muslimin itu adalah umat Syiah, tentu LPPI harus menjilat ludahnya sendiri yang dalam beberapa tulisannya menyebutkan Syiah itu kafir dan bukan bagian dari umat Islam.
LPPI selanjutnya menulis, "Digantikan oleh kota-kota 'suci' di Iran seperti Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat kepada 'kota-kota suci' itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana."  Disini LPPI melakukan kesalahan fatal. Kota Najaf bukan di Iran, melainkan di Irak. Muslim Syiahpun tidak pernah menyebut Teheran sebagai kota suci. Yang disebut kota suci di Iran hanyalah Masyhad dan Qom. Masyhad disebut suci karena keberadaan makam Imam Ridha as (Imam kedelapan Syiah) dan Qom disebabkan karena di kota itu terdapat makam Sayyidah Fatimah Maksumah (Adik perempuan Imam Ridha as). Sangat disayangkan sebuah lembaga yang mengklaim diri sebagai lembaga penelitian dan pengkajian namun menuliskan artikel tanpa data dan fakta bahkan melakukan kesalahan yang sangat fatal. Apakah dasar LPPI menuliskan artikel-artikelnya adalah kebencian dan sikap permusuhan sehingga tidak lagi bisa berlaku adil? Semoga firman Allah SWT berikut bisa menjadi pengingat, "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Maidah: 8).
Selanjutnya LPPI memosting beberapa gambar yang dicopy paste dari situs www.fnoor.com yang banyak memuat materi-materi yang menjelek-jelekkan Syiah dan Iran. LPPI hendak menyamakan logo Bendera Nasional Iran dengan simbol agama Sikh padahal tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Tentu saja yang lebih mengetahui sejarah dan makna logo bendera Iran adalah orang Iran sendiri.

Berikut kami nukil dari IRIB Indonesia yang pernah menurunkan artikel, "Sejarah Disain Bendera dan Lambang Republik Islam Iran". Artikel ini juga adalah bantahan atas postingan LPPI yang tidak memiliki unsur keilmiahan sama sekali.

Pada 10 Isfand 1357 Hs, Imam Khomeini ra meminta agar dilakukan perubahan pada lambang negara, yakni singa dan matahari. Beliau mengumumkan, "Kita telah mendirikan sebuah negara Muhammadi. Bendera Iran tidak boleh sama dengan bendera Shahanshahi. Lambang Iran harus berbeda dari lambang Shahanshahi dan lambang ini harus menunjukkan keislaman. Semua kementerian dan kantor harus mencabut simbol singa dan matahari lalu menggantinya dengan bendera Islam. Bekas-bekas taghut harus dilenyapkan. Semua ini merupakan peninggalan taghut. Yang ada harus karya-karya Islam. (Sahifeh Imam, jilid 6, hal 275).
Setelah itu pemerintah sementara membuka sayembara disain baru lambang Iran. Banyak disain yang dikirim ke kantor perdana menteri dan yang diterima adalah lambang Republik Islam Iran saat ini yang didisain oleh Hamid Nadimi.
Setelah mendengarkan ucapan Imam Khomeini ra, Hamid Nadimi dengan penuh semangat mulai menggoreskan disainnya. Setelah menyelesaikan desain lambang Iran, Nadimi membawanya ke kantor Imam Khomeini ra di Qom. Sekalipun pada awalnya desain lambang Iran dilombakan, tapi ada desain lainnya yang juga disetujui dan akhirnya dicetak di uang kertas masa itu. Tapi tidak berapa lama, suatu malam Hujjatul Islam Hashemi Rafsanjani menelpon Nadimi dan mengabarkan Imam Khomeini ra menyetujui desainnya pada 19 Ordibehesht 1359 Hs dan meminta Nadimi untuk menyempurnakan disainnya.
Lambang ini memiliki banyak makna di benaknya. Ada kesederhanaan dan kelebihan khusus dalam desainnya yang memiliki banyak makna. Hamid Nadimi ketika memberikan penjelasan makna karyanya kepada majalan Pasdar Islam pada tahun 1362 mengatakan:
"Saya punya keinginan untuk membuat lambang bagi dunia Islam. Ketika Imam Khomeini ra mengatakan bahwa simbol singa dan matahari harus diganti dan negara membutuhkan lambang baru, saya mulai kembali memikirkan ide yang selama ini ada dalam pikiranku. Saya mulai menerawang kembali sketsa yang pernah saya buat. Dalam disain ini ada tiga prinsip penting pemerintahan Islam dalam al-Quran; kitab, timbangan dan besi yang menjadi simbol dari al-Quran, mizan dan hadid. Bagian yang berdiri di tengah dalam disain ini dalam bahasa Persia dan Arab menunjukkan kekuatan dan pedang. Simbol ini berdiri tegak yang berarti kekuatan dan kekokohan. Ini merupakan penafsiran dari kata hadid (besi) dalam al-Quran (... Anzalna al-Hadid Fiihi Ba'sun Syadidun).
Komposisi yang sangat ideal antara garis dan lengkungan yang ada berada dalam kondisi seimbang dan ini memberikan makna timbangan, seperti kata mizan dalam al-Quran (Wassamaa' Rafa'aha wa Wadha'al Mizan). Lima bagian yang menjadi bentuk asli disain ini, sekalipun bermakna lima prinsip agama dan prinsip tauhid berada di tengah dan tegak di antara lengkungan yang ada. Selain itu, secara keseluruhan, komposisi yang ada ini menjadi simbol dari kata Allah dan menjadi inti dan tersembunyi dari kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah.
Garis-garis lengkung yang membentuk lingkaran adalah setengah dari bola bumi dan merepresentasikan universalnya dakwah Islam. Kata Allah didisain berbentuk bola guna menunjukkan pesan universalitas Islam. Garis-garis lengkung seperti bulan sabit dalam disain ini diambil dari gambar dari Nabi Muhammad Saw yang berkali-kali dilakukannya dengan pedang beliau sebagai paraf di atas pasir."
Setelah itu Nadimi juga mendesain bendera. Saat menjelaskan disainnya ini, Nadimi menjelaskan, "Bendera ini memberikan harapan akan pemerintahan Imam Mahdi af. Warna hijau, putih dan merah merupakan tanda khusus Republik Islam Iran dan slogan Allahu Akbar semuanya berasal dari prinsip yang telah ditetapkan dalam UUD."
Doktor Nadimi mencontoh slogan Allahu Akbar dan mengulanginya. Slogan ini sebelas kali dalam warna merah dan sebelas kali dalam warga hijau, yakni kedua warna ini diulanginya sebanyak 22 kali dan ini merupakan simbol dari tanggal 22 Bahman 1357 Hs, Hari Kemenangan Revolusi Islam Iran. Bentuk di sudut sebelah kanan ada tulisan Allahu Akbar mengingatkan slogan penuh pengaruh ini dan ini merupakan huruf yang dipakai di kubah, menara dan masjid-masjid, dan kini tertulis di bendera Iran. Kata Allah yang berwarna merah di bendera Iran menunjukkan asal penciptaan dan semua akan kembali kepada Allah. Hal ini menunjukkan tujuan akhir pemerintahan Islam.
Doktor Hamid Nadimi adalah dosen arsitektur Universitas Shahid Beheshti dan memberikan mata kulian teori dan metode disain. Ia mendapat gelar doktor arsiteknya dari Inggris. Sekalipun karyanya akan senantiasa diingat oleh bangsa Iran, tapi tidak pernah punya keinginan untuk terkenal. Menurutnya, "Manusia yang fana jangan sampai menyambungkan dirinya dengan hal-hal yang abadi. Saya tidak ingin melekatkan diri dengan masalah-masalah seperti ini. Masyarakat tidak mengetahui wajah saya akan lebih baik buat saya. Karena bendera ini suci. Apa yang terjadi bila suatu hari saya berubah menjadi anti Revolusi? Oleh karenanya, sudah biarkan saja semua berlalu begitu saja."
Doktor Nadimi dalam hidupnya pernah sekali bertemu dengan Imam Khomeini ra dan menjelaskan pertemuan itu sebagai berikut, "Saya tidak bertemu dengan Imam dengan motivasi sebagai pembuat disain bendera Iran. Beberapa tahun saya pergi ke Huseiniyah Jamaran dan meminta beliau membacakan akad nikahku."
**
Berikut link postingan LPPI yang sarat dengan kebencian dan permusuhan terhadap Republik Islam Iran: http://www.lppimakassar.com/2013/01/sejarah-desain-bendera-republik-syiah.html