Search

Tuesday, January 15, 2013

NATO: Tidak Ada Yang Mampu Hadapi Hizbullah Lebanon


Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) saat memprediksi kekuatan Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah) menyatakan, muqawama Lebanon memiliki 65 ribu pasukan tempur  dan tidak ada yang mampu menghadapinya.


FNA mengutip Koran al-Diyar menulis, NATO mempelajari kekuatan Hizbullah dan menandaskan bahwa kelompok muqawama ini memiliki 65 ribu pasukan terorganisir dan 15 ribu di antaranya adalah militer yang pernah mengecap latihan kemiliteran tingkat tinggi. Adapun sisanya adalah pasukan sukarela rakyat yang juga telah menjalani latihan dan dilengkapi dengan senjata. Pasukan kedua ini kemampuannya masih kalah dengan yang pertama.

Masih menurut laporan ini, pasukan sukarelawan rakyat milik Hizbullah memiliki keistimewaan yakni iman dan keyakinannya yang sangat tebal, oleh karena itu tidak dapat dipastikan adanya perbedaan antara pasukan militer Hizbullah dan sukarelawan.

Di laporan NATO yang dirilis dari Brussel disebutkan bahwa jika perang di Suriah meletus, Lebanon juga akan mengalami perang besar di mana tidak ada yang mampu untuk menghentikannya. Selain itu, Yordania dan Irak juga akan meledak dan satu juta warga Syiah Irak akan ikut berperang di Suriah.

Salah seorang pejabat militer Eropa terkait hal ini mengatakan, NATO menyadari bahwa tidak ada yang mampu menghadapi 65 ribu pasukan pejuang Hizbullah, oleh karena itu intervensi militer di Lebanon sama halnya dengan menyiram api dengan minyak. Akibatnya Suriah, Lebanon, Palestina, Yordania, Irak dan sejumlah negara lainnya akan menghadapi krisis dan kerusuhan besar. Dan yang lebih penting adalah tidak ada yang bakal mampu menghentikan kerusuhan tersebut.

Hasut; Sifat Buruk yang Membakar Keimanan!

Satu dari penyakit hati yang buruk dan sangat berbahaya adalah hasut. Banyak orang yang mengidap penyakit hasut, tapi tidak menyadarinya. Hasut sangat berbahaya tidak hanya bagi setiap individu, tapi bagi masyarakat.

Ulama akhlak menggolongkan penyakit hasut dalam kategori sifat paling tercela. Karena hasut memiliki dua dampak merusak; merugikan orang yang hasut dan orang yang dihasuti dalam bahaya akan dihancurkan. Kebanyakan masyarakat berada di antara dua kondisi ini.

Hasut menyerang siapa saja dan dari kalangan manapun. Penyakit hasut tidak menyerang satu kalangan tertentu. Penyakit ini dapat menyerang orang dari kalangan atas, atau kalangan miskin. Jangan membayangkan bahwa mereka yang berasal dari kalangan atas dan kaya, tidak terkena penyakit hasut, hanya dikarenakan hidupnya secara material berkecukupan. Karena orang-orang kaya yang terkena penyakit ini juga banyak.

Hasut membakar iman

Dalam buku Wasail Syiah diriwayatkan dari Imam Shadiq as, "Hasut membakar keimanan seperti api membakar kayu."

Hal ini dikarenakan tahapan paling ringan dari hasut adalah berbicara buruk dan gibah. Dalam ilmu akhlak, gibah adalah menampakkan titik hitam dan kelemahan orang lain. Gibah tergolong dosa besar dalam Islam. Bila seorang yang hasut tidak mampu meraih tujuannya lewat gibah dan menyebarkan kelemahan orang, maka pada waktu itu orang tersebut akan melangkah lebih jauh dan melemparkan tuduhan. Ia akan menuduh orang yang dihasuti dengan tuduhan yang tidak-tidak. Ia akan menyebarkan kabar bohong tentang orang yang dihasuti.

Orang yang hasut senantiasa tersiksa dan terbakar dengan sengatan dari dalam dirinya sendiri. Ia berperang dengan semua orang, hingga maut menjemputnya. Oleh karenanya, hasut dalam seluruh tahapannya adalah dosa. Setiap hari berlalu, sifat hasutnya bertambah besar dan dosanya bertambah banyak, sementara imannya semakin sedikit. Benar, hasut membakar keimanan seseorang, sebagaimana api melahap kayu bakar.

Terkadang hasut sedemikian besarnya sehingga membuat orang yang hasut melakukan bunuh diri, seperti peribahasa yang menyebutkan keledai menghendaki kematian agar dapat menyakiti tuannya! Kebodohan keledai membuatnya harus melakukan bunuh diri agar dapat membuat tuannya merasa rugi. Sebuah transaksi yang sangat aneh! Karena seratus persen perbuatan ini merugikan dirinya sendiri dan mungkin hanya satu persen yang merugikan orang lain. Hasut seperti ini. Karena mereka yang mengidap penyakit ini akan menutup mata dan telinganya.

Orang yang hasut telah memusnahkan perasaannya dan merusak inderanya. Ia tidak dapat berpikir dengan benar serta memilih dan memilah dengan benar. Oleh karenanya, dirinya yang paling pertama terbakar sebelum berusaha membakar orang lain. Tapi anehnya, orang yang hasut ternyata merasa gembira dan itu akibat dari kerusakan indera yang terjadi pada dirinya. Karena akal sehat tidak bekerja dengan baik dalam dirinya. Itulah mengapa orang yang terkena penyakit hasut merupakan bentuk lain dari orang gila.

Mengapa Sebagian Doa Kita Tidak Dikabulkan?

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia berkali-kali menemui pertanyaan seperti ini, mengapa Allah Swt tidak mengabulkan doaku? Atau terkadang manusia bertanya-tanya mengapa dirinya masih hidup dalam kemiskinan, padahal ia telah berdoa agar mendapat rezeki dari Allah Swt.
Coba kita melihat ungkapan di atas secara jujur. Apakah Allah Swt tidak mengabulkan doa orang yang sangat membutuhkan? Bukankah Allah Swt telah berjanji akan mengijabahi permintaan setiap orang yang memohon kepada-Nya? Lalu mengapa sebagian doa tidak dikabulkan?

Pengaduan seperti ini biasanya lebih sering datang dari mereka yang menggantungkan hatinya kepada Allah Swt dan menyampaikan permohonan lewat lisannya. Karena ada beberapa faktor berikut yang membuat mereka biasanya menyampaikan pengaduan sepert ini:

Pertama, mereka mengetahui bahwa Allah memerintahkan manusia untuk berdoa, sekaligus berjanji akan mengabulkannya. Sesuai dengan firman Allah Swt, "... Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ..." (QS. Ghafir: 60)

Kedua, mereka juga mengetahui bahwa Allah Swt jujur saat berjanji dan pasti melaksanakan janjinya. Karena Allah Swt berfirman, "... Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (QS. Ali Imran: 9)

Ketiga, mereka memahami satu kenyataan dalam diri mereka bahwa hanya Allah Swt yang layak menjadi tempat memohon. Karena mereka mengetahui bahwa Allah sebagai sumber segala sesuatu dan kembalinya segala sesuatu kepada-Nya. Allah Swt Maha Pemurah dan Pemberi yang tiada bandingannya. Itulah mengapa mereka hanya merujuk kepada-Nya.

Bila mencermati kembali pengaduan manusia ini, kita akan mendapati ungkapan sebagian doa mereka, dan bukan seluruhnya. Ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka pada tiga penjelasan sebelumnya. Tapi sayangnya manusia dengan semua indera dan kessadaran yang dimiliki ternyata masih sering lalai akan banyak hal. Lewat kelalaian dan kebodohan inilah mereka bertanya kepada dirinya atau orang lain mengapa sebagian doanya tidak dikabulkan oleh Allah Swt.

Mereka harus tahu bahwa:

1. Ketika kita meyakini bahwa Allah Swt Maha Kuasa dan kita memohon bantuan lewat kekuasaan-Nya, maka pada saat yang sama kita harus meyakini juga bahwa Allah Swt Maha Bijaksana.

Kebijakan Allah Swt terkait dengan segala urusan dan pemahaman manusia pada awalnya sulit memahami hal ini. Seorang anak pada awalnya benci dengan adanya pekerjaan rumah. Ia lupa bahwa bila kesulitan seperti ini tidak ada, ia tidak bisa lebih dari yang ada saat ini. Anak kecil melihat pekerjaan rumah sebagai sesuatu yang buruk dan memandang waktu kosong sebagai kebaikan. Padahal kenyataannya tidak demikian.

Al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat 216 menyebutkan, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Dengan demikian, seharusnya kita memperhatikan satu masalah ini juga. Karena sebagian dari doa yang tidak diijabahi oleh Allah Swt pada dasarnya itu sudah merupakan ijabah doa itu sendiri.

2. Doa juga bermakna meminta dan diminta.

3. Tidak baik bersikap tergesa-gesa. Sebagian dari permohonan kita membutuhkan waktu dan sekalipun Allah Swt telah mengijabahi doa itu, tapi dalam realisasinya membutuhkan waktu.

Ishaq bin Ammar mengatakan, "Saya bertanya kepada Imam Shadiq as, ‘Mungkinkan doa seseorang diijabi, tapi realisasinya terlambat dan dampak dari terkabulkannya doa itu muncul di suatu waktu?' Imam Shadiq as menjawab, ‘Benar, boleh jadi doa itu terealisasi satu hingga 20 tahun kemudian."

Dengan mencermati riwayat seperti ini dapat dipahami bahwa ijabah atau terkabulkannya sebuah doa itu berbeda dengan terealisasinya. Oleh karenanya, betapa banyak doa sudah terijabahi, tapi realisasinya masih membutuhkan waktu.