Search

Saturday, January 26, 2013

Muhammad Saw, Pionir Kebangkitan dan Perubahan


Bulan maulid adalah bulan keberkahan dan kebahagiaan untuk memperingati kelahiran manusia agung yang pernah hidup di jagad ini. Dia adalah Muhammad Saw, pribadi mulia yang menerangi semesta dan menyelamatkan umat manusia dari kesesatan. Para penulis sejarah Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570 Masehi, yang merupakan tahun gagalnya tentara Abrahah menyerang Ka'bah. Nabi Muhammad Saw lahir di kota Makkah, di bagian selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan.


Hampir semua ahli hadis dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiul Awal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syiah meyakini bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiul Awal, sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal. Kelahiran bayi mulia ini disambut gembira oleh keluarga Bani Hasyim. Di negeri Persia, kelahiran Muhammad bin Abdillah memadamkan api keramat yang selama seribu tahun tidak pernah padam. Kelahiran Muhammad juga mambuat dinding istana Raja Kisra retak dan empat belas menaranya runtuh. Muhammad lahir dengan membawa janji risalah terakhir dari Allah Swt untuk umat manusia.

Masa sebelum kenabian lazim disebut sebagai zaman Jahiliyah. Kata Jahiliyah diambil dari kata Jahl yang berarti bodoh. Dengan demikian, masa Jahiliyah berarti zaman kebodohan atau kegelapan. Memang, bangsa Arab di zaman itu layak mendapat sebutan tersebut, karena selain tidak mengenal baca tulis, bangsa yang hidup di Jazirah Arab ini juga memiliki kebiasaan dan perilaku bodoh. Mereka menjadikan berhala-berhala karyanya sebagai tuhan untuk disembah, mengubur anak perempuan hidup-hidup, dan bertawaf mengelilingi Kabah dalam keadaan telanjang. Muhammad lahir untuk mengikis kebodohan bangsa Arab dan umat manusia secara umum dengan cahaya iman dan ilmu.

Sejak lahir, Muhammad telah menunjukkan keistimewaan yang luar biasa. Kepedihan sebagai anak yatim telah menempa pribadi Muhammad dan mempersiapkannya untuk menjadi manusia agung dan pionir perubahan di dunia ini. Selama empat tahun, Muhammad hidup terpisah dari sang ibu, Aminah binti Wahb dan tinggal di tengah keluarga Halimah as-Saadiyah. Setelah berumur empat tahun, Halimah dengan berat hati melepas Muhammad dan mengembalikannya kepada sang ibu.

Muhammad Saw diutus untuk mengajarkan manusia akan cinta dan kasih sayang, kemanusiaan, dan kebebasan. Beliau diberi tugas untuk mengajarkan hikmah, penyucian diri, dan menjadi teladan bagi umat manusia. Meski Rasulullah Saw mengemban risalah besar dari Allah Swt, namun beliau berperilaku sederhana layaknya masyarakat biasa. Nabi Muhammad Saw adalah hamba yang saleh dan menjelaskan kebenaran dengan argumentasi dan logika. Beliau dengan kekuatan iman dan kelembutan telah menghancurkan pondasi kebatilan dan memadamkan api bujukan setan yang menyesatkan manusia. Di samping itu, beliau juga telah menebarkan suara kebenaran kepada umat manusia.

Sejak kanak-kanak hingga menginjak usia dewasa, Muhammad dikenal oleh masyarakat sebagai sosok yang memiliki kepribadian agung, jujur, penyantun, gemar menolong, dan berjiwa besar. Ketinggian akhlaknya membuat kagum bangsa Arab khususnya suku Quraisy di Makkah. Berbeda dengan para pemuda dan masyarakat di zaman itu, Muhammad tidak tertarik kepada kehidupan yang hanya mengejar kesenangan duniawi. Putra Abdullah ini gemar menyendiri di lereng-lereng gunung atau di Gua Hira untuk menghindari kehidupan syirik dan menyibukkan diri dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah.

Di Gua Hira, Muhammad menemukan ketenangan batin yang tidak ia dapatkan di Makkah. Akhirnya, pada suatu hari ketika usianya menginjak 40 tahun, saat berada di Gua Hira, Muhammad mendengar suara yang mengajaknya untuk membaca. Untuk pertama kalinya, Muhammad menerima ayat yang turun dari Allah Swt. Iqra bismi rabbikalladzi khalaq, bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Ayat ini adalah yang pertama kalinya turun kepada Muhammad yang menandai kenabiannya.

Imam Ali as berkata, "Lalu Allah mengutus Muhammad sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dia adalah yang terbaik di alam semesta sebagai anak dan yang tersuci sebagai orang dewasa, yang paling suci dari yang disucikan dalam perangainya, yang paling dermawan di antara mereka yang didekati karena kedermawanan." Di bagian lain, Imam Ali as mengatakan, "Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, manusia pilihan yang dipilih-Nya. Dia menerangi berbagai negeri setelah sebelumnya berada dalam kesesatan yang gelap dan kejahilan yang merajalela." "Muhammad adalah pengemban amanah wahyu-Nya, penutup para rasul-Nya, penyampai berita gembira akan rahmat-Nya, dan pemberi peringatan akan siksa-Nya."

Misi utama agama Islam adalah pendidikan dan perbaikan individu-individu masyarakat sehingga mereka menjadi bersih dari kotoran dan noda. Tanpa pendidikan dan perbaikan, manusia bukan saja tidak akan membentuk sebuah masyarakat ideal, tetapi juga akan menjadi perusak masyarakat itu sendiri. Sementara Rasulullah Saw adalah figur sukses yang mampu membangun bangsa dari serba keterpurukan menjadi bangsa yang mulia dan berjaya. Berbagai kisah sukses kehidupan Nabi Muhammad Saw perlu direalisasikan dalam konteks kehidupan umat Islam saat ini.

Rasul Saw telah menyampaikan sebuah ajaran yang dilandasi oleh persamaan dan persaudaraan. Beliau berhasil mengubah Makkah dan Madinah menjadi zona dengan sistem pemerintahan yang sempurna dan membentuk masyarakat Madani atau masyarakat yang purna, damai, dan sejahtera. Tidak hanya itu, Nabi Muhammad Saw mampu memperbaiki nasib bangsa Arab dan umat manusia, lalu menyatukan mereka di bawah panji Islam. Umat manusia dari bermacam etnis, suku bangsa, ras, dan, golongan bersatu padu dan membentuk front persatuan berkat kerja keras Rasulullah.

Selain meletakkan dasar-dasar interaksi antar sesama manusia, Nabi Muhammad Saw juga membangun hubungan manusia dengan Allah Swt melalui ajaran luhur yang dibawanya. Salah satu masalah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah adalah urusan shalat. Beliau menyebut shalat sebagai pilar agama dan menekankan umatnya untuk selalu menunaikan kewajiban agama itu. Shalat dapat menentramkan jiwa dan menjadi sarana penghubung intensif antara hamba dan Allah Swt. Selain itu, shalat juga disebut sebagai tanda terima kasih atas karunia tak terbatas Sang Pencipta. Dalam surat al-Kautsar disebutkan, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah."

Kedatangan manusia agung ini juga untuk menghapus semua atribut yang telah menciptakan jarak dalam hubungan sosial masyarakat. Rasul Saw mengumumkan kepada semua bahwa warna kulit dan suku bukan lagi simbol keunggulan. Parameter baru kemuliaan manusia adalah ketakwaan mereka dan kedekatannya dengan Allah Swt. Manusia diciptakan untuk menghambakan diri kepada Allah Swt dan ketakwaan merupakan manifestasi paling indah dari penghambaan ini. Allah Swt berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS: 49:13).

Seorang penulis Kristen dari Romania, Constantin Virgil Gheorghiu dalam bukunya ‘Mohammad Peyghambari Ke az no Bayad Shenakht' menulis, "Sejujurnya, Muhammad adalah pribadi yang paling suci, paling baik, dan mutiara alam semesta. Ia lahir ke dunia dari garis keturunan yang paling suci, dari permata yang paling berkilau, dan dengan sejarah yang paling bersih. Ia tumbuh di jantung padang pasir, di bawah langit yang cerah, dan di pangkuan yang suci. Muhammad – di bawah ajaran tauhid para leluhurnya seperti Ibrahim – berlepas diri dari kemusyrikan dan penyembahan berhala dan dengan hati yang arif, ia beriman kepada Tuhan Yang Esa."

Sifat dan perilaku mulia yang dimiliki oleh Rasulullah Saw membuat nama beliau masih dikenang hingga sekarang. Setiap harinya orang yang mengimaninya dan risalahnya semakin bertambah. Setiap hari jutaan umat Islam di pelbagai penjuru dunia dalam shalatnya mengucapkan penyaksian akan risalah beliau dan mengucapkan janji setia akan cita-cita beliau. Dan setiap tahun, umat Muslim dunia selalu memperingati Maulid Nabi untuk lebih mengenal sosok Muhammad dan mengimplementasikan ajaran-ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Kelahiran Nabi Anugerah Terbesar

Kelahiran Nabi Anugerah TerbesarBulan Rabiul awal yang biasa disebut bulan maulid adalah bulan yang tidak pernah terlupakan oleh orang muslim, karena pada bulan ini seorang putra terbaik dari Bani Hasyim Bangsa Arab, sesosok pemuda teladan yang kemudian menjadi pemimpin terbesar dunia telah dilahirkan, tepatnya pada hari Senin tanggal 12 Rabiul awal, bertepatan dengan 20 April 571 M.

Muhammad, nama ini selalu dikenal seantero penjuru dunia. Dia telah berhasil merubah  wajah dunia menjadi bermakna, dari gelap menjadi terang, dari kebodohan menjadi berperadaban. Dialah seorang yang telah mengantarkan manusia kepada nilai kemanusiaannya yang tinggi, dialah yang telah mengembalikan manusia kepada keberadaan yang sebenarnya yaitu mulia dan sempurna sebagaimana pertama kali dimaksudkan.
Beberapa peristiwa luar biasa mengiringi kelahiran beliau, diantaranya adalah padamnya api pemujaan di Persi yang seribu tahun sebelumnya tak pernah padam sama sekali, hancurnya pasukan bergajah yang dipimpin Abrahah yang hendak menghancurkan ka’bah. Mereka hancur ditimpa batu - batu panas  yang dibawa burung-burung ababil yang sengaja dikirim Allah untuk membatalkan niat busuk mereka, serta banyak lagi kejadian luar bisa lainnya. 

Kenyataan ini tentu saja membuat kita merasa berterima kasih dengan kedatangannya. Sebagaimana laiknya kita sebagai umatnya, memperingati hari dan bulan ini sebaik-baiknya dengan melihat dan membaca kembali sejarah perjalanan pribadi dan kepribadian beliau. Allah selalu membimbing, mengarahkan dan mengingatkan orang - orang yang menginginkan kehidupan Ahirat. Dalam konteks ini Allah menguraikan dalam Al Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21:
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS Al-Ahzab 21).

Dalam firman ini Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menginginkan kehidupan Ahirat, maka hendaklah mereka meniru kepribadian Rasulullah saw. Menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan suri tauladan, bukan kepada yang lain. Sebuah pengakuan jujur dari seorang penulis non Muslim telah dituangkan dalam buku seratus tokoh dunia tentang pribadi Nabi Muhammad Saw. Penulis buku ini telah menempatkan Nabi Muhammad Saw pada tingkat pertama disusul oleh tokoh-tokoh dunia lainnya.

Ini semua karena beliau Nabi Muhammad telah berhasil menghapuskan segala bentuk penindasan kepada masyarakat yang lemah, beliau menghapuskan sistim perbudakan yang jelas-jelas merendahkan martabat manusia, beliau tutup jurang pemisah antara yang kaya dan miskin, beliau persatukan manusia yang semula bermusuhan dan menjadikan mereka bersaudara, beliau berhasil meletakkan landasan kemanusiaan, yaitu bahwa tidak ada perbedaan antara satu suku dengan lainnya, bangsa satu dengan bangsa lainnya, komunitas satu dengan komunitas lainnya apapun warna kulit dan keturunannya, tidak ada yang membedakan mereka kecuali takwanya kepada Allah, inilah nampaknya yang dimaksudkan
Allah SWT dalam firman-Nya :
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” QS Al-Anbiya 107.

Dengan ayat ini, jelaslah bahwa Nabi Muhammad Saw diutus ke dunia ini bukan hanya untuk satu golongan atau komunitas tertentu, melainkan untuk kesejahteraan manusia sedunia. Oleh karena itulah, beliau memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang luar biasa,  mempunyai sifat keberanian dalam membawa kebenaran.
Kelemahan umat Islam sekarang ini, diantaranya adalah, mereka telah melupakan pribadi dan sifat-sifat beliau. Mereka tidak lagi meneladani kepribadian beliau. Para pemimpin tidak lagi meniru gaya kepemimpinan Rasul yaitu pimpinan yang berani menegakkan kebenaran. Pedagang tidak lagi meniru praktek dagang yang pernah dilakukan Rasul. Orang tua tidak lagi mempraktekkan gaya Rasul. Guru tidak lagi mempraktekkan cara beliau mendidik generasi mudanya. Masyarakat telah melupakan panutan ini, sehingga ahirnya mereka menjadi masyarakat yang terombang ambing kehidupan dunia yang melenakan.
Semangat bulan maulid ini, yang selalu diperingati dengan pembacaan barzanji, pembacaan sholawat, pembacaan Marhaban serta lainnya  merupakan sebuah titik tolak ukur kita untuk bersama-sama  membaca kembali sejarah kepribadian Nabi dan menjadikannya sebagai satu-satunya panutan yang akan menghiasi lembar demi lembar kehidupan kita bersama. Jadi tidak salah bahwa kelahiran nabi yang telah dinanti-nantikan pada masa jahiliyah merupakan anugerah terbesar dari Allah SWT, sehingga sampai saat ini kita merayakannya dengan cara kita masing-masing. Kelak kita akan mendapatkan syafaat Nabi diakhir kelak. Amiiin.

*Mahsun Muhammad MA
*Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al Tauhid Arjawinangun Cirebon & Dosen Tasawuf di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

Mahmoud Ahmadinejad: Tuhan dan Al-Qur'an Seluruh Umat Islam itu Satu

Tuhan dan Al-QurMenurut Kantor Berita ABNA, Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad menjelaskan bahwa Tuhan dan al-Quran seluruh umat Islam itu satu, seraya mengatakan, "Pembagian antara Sunni dan Syiah serta etnisitas, semuanya datang dari syaitan."

FNA (25/1) melaporkan, Ahmadinejad mengemukakannya pada acara penutupan periode pertama musabaqah penghapalan dan qiraah al-Quran Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Kamis petang (24/1) di gedung konferensi IRIB, Tehran.

Menyinggung peringatan Maulud Nabi dan kelahiran Imam Ja'far as-Shadiq as, Ahmadinejad mengatakan, "Demi mencapai puncak kebahagiaan, manusia memerlukan dua sayap yang pada intinya adalah satu. Keduanya merupakan manifestasi dari hakikat lainnya. Sayap pertama adalah al-Quran. Al-Quran adalah kitab semesta. Kitab manusia. Kitab kebahagiaan."

"Semua manusia mencari kebahagiaan dan diciptakan untuk menggapai kebahagiaan serta kesempurnaan. Manusia diciptakan untuk mencapai keabadian, manusia tercipta untuk mencapai puncak tertinggi yaitu Allah Swt dan menjadi manifestasi-Nya. Akan tetapi kita memerlukan dua sayap untuk mencapainya," tambah Ahmadinejad.

Dikatakannya pula bahwa seluruh hakikat terkandung dalam al-Quran, yang merupakan kitab termulia dan paling bernilai. Al-Quran itu adalah hikmah mutlak, karena datang dari Allah Swt. Al-Quran adalah ilmu dan makrifat mutlak.

Dalam menjelaskan kedudukan al-Quran, Ahmadinejad menegaskan, "Allah sendiri telah menjelaskan bahwa al-Quran diturunkan pada hati Rasulullah Saw, karena tidak ada hati yang lebih besar, suci dan mulia seperti hati Rasulullah."

"Untuk mencapai kebahagiaan apakah al-Quran saja sudah cukup? Setiap manusia memiliki kadar pemahaman dan nalar yang berbeda. Semakin sempuna, maka semakin besar pula pemahamannya terhadap al-Quran. Dengan demikian, manusia juga memerlukan faktor lain, harus ada orang yang mampu menjelaskan al-Quran sebagaimana mestinya. Wujud pertamanya adalah Rasulullah Saw. Nabi Muhammad Saw dan al-Quran itu adalah satu hakikat," jelas Ahmadinejad. 

"Setelah Rasulullah Saw, harus ada manusia-manusia sempurna yang menafsirkan al-Quran secara sempurna pula, karena perilaku manusia yang tidak sempurna akan menciptakan perselisihan."

Lebih lanjut Ahmadinejad menegaskan, "Dewasa ini kita memerlukan persatuan, akan tetapi bagaimana persatuan itu dapat terwujud? Apa itu tali Allah? Jika al-Quran itu adalah tali Allah tersebut, maka sekarang tidak ada perbedaan di antara umat. Ini bukan berarti al-Quran tidak sempurna, melainkan kita (manusia) yang memerlukan kehadiran nyata al-Quran."

Ayatullah al Uzhma Sistani: Sunni Bukan Sekedar Saudara Tapi Nafas dan Jiwaku

Sunni Bukan Sekedar Saudara Tapi Nafas dan JiwakuMenurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Sistani ulama besar sekaligus marja taklid Syiah yang bermukim di Irak dalam salah satu pesannya menyebutkan, bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar antara Sunni dan Syiah. Ulama besar Irak tersebut bahkan menyebutkan muslim Sunni adalah nafas dan jiwanya bukan sekedar saudara se Islam.

Adanya perbedaan pendapat dikalangan Sunni dan Syiah mengenai tarikh kelahiran Nabi Muhammad Saw menjadi dasar digagasnya "Pekan Persatuan Islam" oleh Imam Khomeini. Pekan persatuan tersebut diperingati setiap tahunnya dari tanggal 12 sampai 17 Rabiul Awal. Ulama marja taklid Syiah khususnya Pemimpin Besar Republik Islam Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamanei dan Ayatullah Sistani sangat menekankan peringatan "Pekan Persatuan Islam" harus diisi dengan berbagai kegiatan ilmiah untuk mencari titik kesamaan Sunni dan Syiah. Keduanya menyerukan kepada para pemikir, cendekiawan dan ulama-ulama Islam bahkan kepada seluruh kaum muslimin untuk lebih menggalakkan upaya persatuan umat dan menghindari segala bentuk tindakan yang dapat merusak upaya terwujudnya persatuan umat Islam tersebut.

Ayatullah al Uzhma Sistani dalam berbagai pernyataan bahkan termasuk fatwa-fatwanya menyerukan  ummat islam untuk mengedepankan persatuan ummat dan menjauhi segala bentuk perselisihan antar mazhab. Beliau diantara ulama besar yang sampai saat ini tetap gigih mengupayakan terwujudnya ukhuwah Islamiyah tersebut khususnya antar warga muslim Irak yang selama bertahun-tahun terlibat dalam pertikaian sektarian.
Diantara upayanya adalah menyelenggarakan berbagai pertemuan ilmiah, seminar dan diskusi antar mazhab. Beliau berkata, "Penyelenggaraan pertemuan-pertemuan ilmiah tidak bisa dinafikan manfaatnya yang sangat besar. Lewat pertemuan-pertemuan tersebut bisa kita tegaskan bahwa antara Sunni dan Syiah tidak ada perbedaan yang mendasar yang membuat pengikut antar kedua mazhab besar ini saling berselisih dan berpecah belah. Perbedaan antara Sunni dan Syiah hanya terjadi pada tataran fikih praktis dan itu hal yang sangat lumrah."

"Umat Syiah harus berdampingan dengan umat Sunni untuk sama-sama memperjuangkan hak-hak sosial dan politiknya. Saya berkali-kali menegaskan bahwa saya tidak mengatakan bahwa Sunni itu saudara seiman saya melainkan mereka adalah nafas dan jiwa saya. Saya lebih banyak ikut mendengarkan khutbah ulama Sunni dibanding khutbah Jum'at ulama Syiah." Tegasnya. 

Dipenghujung pesannya, Ayatullah Sistani melanjutkan, "Saya banyak belajar dari hasil penelitian dan fatwa-fatwa fikih ulama Sunni, kita sama menghadap keka'bah setiap shalat, sama-sama berpuasa. Karenanya saya tegaskan, saya tidak pernah membeda-bedakan sikap antara Sunni dan Syiah dan saya mendukung hak-hak keduanya."