Search

Thursday, March 28, 2013

110 Keutamaan Imam Ali as: Puasa Ghadir




Puasa Ghadir

Imam Shadiq as berkata, "Berpuasa di hari Ied Ghadir Khum dapat menjadi penghapus dosa 60 tahun." (Misbah al-Mutahajjid, hal 736)


Hari Gembira


Imam Shadiq as berkata, "Hari Ghadir merupakan hari besar yang harus diperingati dan dihormati oleh orang-orang mukmin. Hari itu adalah hari gembira dan berpuasa syukur untuk Allah Swt." (al-Ghadir, jilid 1, hal 286)


Hari Raya Tuhan


Imam Shadiq as berkata, "Berpuasa di hari Ghadir Khum sama dengan berpuasa sepanjang usia dunia." Setelah itu beliau berkata, "Ied Ghadir Khum merupakan hari besar ilahi ... Melaksanakan setiap shalat di hari Ied Ghadir Khum sama dengan 100 ribu shalat. Sementara berinfak satu dirham di hari itu di jalan Allah sama dengan berinfak satu juta dirham." Imam kemudian dengan nada bertanya mengatakan, "Mungkin kalian beranggapan bahwa Allah Swt telah menciptakan hari yang dari sisi kebesaran dan kehormatan lebih dari hari Ied Ghadir Khum?" Imam Shadiq as sendiri menjawab, "Demi Allah! Tidak demikian." (Wasail as-Syiah, Alu al-Bait, jilid 8, hal 89)

Ali as Yadullah dan Ainullah

Allamah Amini dalam sebuah perjalanan, di sebuah pertemuan yang dilakukan bersama ulama Ahli Sunnah, beliau berdialog dan membahas masalah dengan mereka. Seorang dari ulama Ahli Sunnah mengatakan, "Kalian orang Syiah telah berlebih-lebihan tentang Ali as dan bersikap ghuluw terkaitnya. Sebagai contoh kalian menyebutnya sebagai "Yadullah".

Allamah Amini menjawab, "Kebetulan kami memiliki bukti dari dokumen dan buku-buku kalian bahwa pribadi yang kalian yakini seperti Umar bin Khatthab yang menyebut Imam Ali as dengan "Yadullah" dan "Ainullah".

Ulama Sunni itu berkata, "Di mana?"

Allamah Amini dengan segera mengatakan, "Tolong bawakan buku ini kepadaku."

Mereka membawakan buku yang disebutkannya. Allamah kemudian mengambilnya lalu membukanya. Beliau membuka sebuah halaman dan menunjukkannya kepada orang yang bertanya tadi dengan ucapannya, "Ini dan bacalah!"

Pada halaman itu diriwayatkan:

"Suatu hari Imam Ali as sedang melakukan thawaf di Ka'bah. Pada waktu itu beliau melihat seseorang yang juga tengah melakukan thawaf tapi tengah memandang seorang perempuan non muhrim. Setelah thawaf, Imam Ali as memanggil orang itu dan dengan niat menegurnya, beliau menampar wajahnya.

Orang itu langsung memegang wajahnya sambil berteriak kesakitan. Ia lalu pergi menemui Umar bin Khatthab untuk mengadukan perbuatan Imam ali as. Ia berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin! Ali as menampar wajahku dan aku harus mengqishasnya. Mengapa ia memukulku?'

Umar bin Khatthab kemudian memerintahkan untuk menghadirkan Ali as dan kepadanya Umar berkata, ‘Mengapa engkau menampar orang ini?'

Imam Ali as berkata, ‘Saya menyaksikan orang ini memandang perempuan non muhrim.'

Umar kemudian berkata kepada orang itu, ‘Ainullah telah melihat dan Yadullah telah memukul.' Dengan ucapan ini Umar memastikan yang salah adalah orang itu.

Dengan demikian, Umar bin Khatthab sendirilah yang memakai istilah ini. (Qatreh-i az Darya, jilid 1, hal 20-21)

Wudhu dengan Air Kautsar

Dalam sebuah riwayat disebutkan, dalam sebuah perang yang diikuti oleh Imam Ali as, tiba waktu shalat. Beliau kemudian ingin berwudhu, tapi tidak menemukan air. Pada waktu itu malaikat Jibril membawa air dan beliau berwudhu dengannya. (al-Fushul al-‘Aliyyah, hal 80)

Habibullah

Rasulullah Saw bersabda, "Keika naik ke langit, saya melihat di surga tertulis ‘Laa Ilaaha Illallaah, Muhammad Rasulullah, Ali Habibullah'." (Imam Ali as dar Ahadis Qodsi, hal 115)

Perumpamaan Indah

Abu Ali Sina tentang Imam Ali as berkata, "Ia di antara makhluk seperti Ma'qul di antara Mahsus." (Tarjomeh va Tafsir Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 181)

Tanda Kebohongan

Rasulullah Saw bersabda, "Hari Ied Ghadir Khum merupakan hari terbesar umatku. Pada hari itu Allah Swt memerintahkan aku untuk mengangkat saudaraku Ali bin Abi Thalib sebagai Imam bagi umatku dan pembawa bendera hidayah, sehingga agama ini mendapat bimbingan lewat dia..." Setelah itu beliau berkata, "Wahai manusia! Orang yang mencintai Ali, ia pasti mencintaiku dan setiap yang memusuhinya, pasti memusuhiku. Bohong orang yang menganggap dirinya mencintaiku, sementara ia memusuhi Ali." (Amali, hal 184)

Menghormati Ghadir

Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt tidak mengutus seorang nabi, kecuali nabiitu merayakan hari ini (Ghadir) dan menghormati hari Ghadir." (Asrar al-Ghadir, hal 208-209)

Sumber: Hossein Deilami, Ghadir Khourshide Velayat, 1388, Qom, Moasseseh Entesharat Haram.