Search

Wednesday, January 2, 2013

Hukum Mengucapkan Selamat Natal kepada Umat Kristiani

Ucapan selamat kepada kaum Kristiani sah-sah saja dilakukan apabila didasari oleh ingin menunjukkan diri sebagai tetangga yang baik dan sebagai bentuk penghormatan kepada tetangga dan teman-teman yang beragama Kristen. Namun tidak dibenarkan apabila ucapan selamat tersebut disampaikan dengan dasar takzim kepada mereka dan kita ingin mengekspresikan persahabatan yang bertentangan dengan kemaslahatan umum kaum Muslimin.

Menag: Indonesia Jadi "Kiblat" Toleransi


Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan, dalam mengelola kerukunan antarumat beragama dan kemajemukan bangsa, sesungguhnya Indonesia diakui sebagai "kiblat" toleransi dan kerukunan beragama di dunia.

Penegasan tersebut disampaikan Suryadharma Ali dalam sambutannya pada peringatan Amal Bakti ke-67 di Halaman Kantor Kementerian Agama Jakarta, Kamis.

Hadir pada kesempatan itu seluruh eselon I, II dan III pada upacara tersebut, termasuk seluruh karyawan baik yang berkantor di Gedung MH. Thamrin dan Lapangan Banteng.

Bersamaan dengan upacara itu pula diserahkan Satya Lancana Karya Satya kepada karyawan yang telah mengabdi selama 10 tahun, 20 tahun dan 30 tahun.

Kementerian Agama berdiri pada 3 Januari 1946 dengan menteri pertama almarhum Haji Mohammad Rasjidi. Setiap memperingati hari amal bakti (HAB), jajaran karyawan kementerian tersebut diingatkan sejarah dan perjuangannya.

Agama tak bisa dipisahkan dari kehidupan negara dan kementerian tersebut berdiri untuk memelihara dan menjamin kepentingan agama serta pemeluk-pemeluknya.

Terkait dengan kehidupan bertoleransi, Suryadharma Ali menyatakan, masyarakat-bangsa Indonesia yang demokratis, egaliter sangat menghormati hak asasi manusia (HAM).

Tetapi masih diperlukan kesadaran untuk menjunjung etika kerukunan, seperti sikap tenggang rasa antarkomunitas pemeluk agama, tidak menjadikan umat yang telah memeluk suatu agama tertentu sebagai sasaran penyebaran agama lain. Juga menghormati kesucian tempat ibadah, kitab suci, dan simbol keagamaan dari tindak penodaan dan sebagainya.

20 Shafar, Arbain Syahadah Imam Husein


Arbain Syahadah Imam Husein


Tanggal 20 Shafar tahun 61 Hijriah, kafilah keluarga Rasulullah yang selamat dari tragedi Asyura kembali ke Karbala. Peristiwa ini terjadi tepat 40 hari setelah tragedi itu berlangsung. Tanggal 20 Shafar kemudian dikenang oleh para pengikut Ahli Bait sebagai hari "Arbain" atau hari ke-40.

Berdasarkan catatan sejarah,  setelah berlangsungnya tragedi pahit Asyura,  kafilah keluarga Rasulullah yang tersisa, di antaranya Imam Zainal Abidin yang saat itu tengah sakit keras dan putranya Imam Baqir, beserta kaum perempuan, digiring oleh pasukan Ibnu Ziyad sebagai tawanan. Di Kufah, mereka menggugah kesadaran masyarakat tentang hakikat yang sebenarnya terjadi di Karbala. Sebagaimana yang dicatat secara cermat oleh para sejarawan, terjadi banyak distorsi yang dibuat oleh Ibnu Ziyad dalam menutup-nutupi hakikat perjuangan Imam Husein dan sahabat-sahabatnya hingga gugur syahid di Karbala.

Rombongan keluarga Rasulullah itu kemudian dikirim ke Syam untuk dipersembahkan kepada Yazid bin Muawiyah. Sisa rombongan itu tadinya diperkirakan akan dipermalukan oleh Yazid untuk akhirnya dibunuh. Akan tetapi, kefasihan Sayidah Zainab dalam menyampaikan hakikat Karbala kepada masyarakat Syam malah membuat kaum muslimin di sana menjadi tahu kejadian yang sebenarnya. Dengan demikian, keberadaan kafilah itu di Syam hanya membuat sosok Yazid semakin dibenci. Karena itulah Yazid tidak berani membunuh sisa kafilah tersebut. Yazid akhirnya malah membebaskan keluarga Rasulullah.

Sisa keluarga Rasulullah itu akhirnya bertolak dari Syam menuju Karbala, untuk melakukan prosesi pemakaman atas jenazah para syuhada Karbala. Pada saat yang sama, dari Madinah, sahabat Rasulullah yang sudah sangat tua, Jabir bin Hayyan al-Anshari juga bertolak ke Karbala. Pada tanggal 20 Shafar, kedua rombongan itu bertemu di tanah bersejarah saksi duka nestapa keluarga Rasulullah itu.