Search

Monday, January 7, 2013

Syafaat Maksumin as Khusus Syiah Sejati

Syafaat Maksumin as Khusus Syiah SejatiMenurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Madzahiri dalam lanjutan rangkaian kelas akhlak yang diasuhnya di kota Esfahan Republik Islam Iran, mengenai keadaan "Shirat" pada hari kiamat, menyatakan, "Lewat penjelasan ayat-ayat al-Qur'an kita mengetahui bahwa ada jalan yang melintang dari neraka ke surga, dan semua manusia harus mampu melewati jalan itu dan tidak ada jalan lain selain jalan itu. Jika seseorang ditetapkan Allah sebagai ahli surga maka ia akan berhasil meninggalkan neraka dan melewati jalan itu ia akan sampai ke surga. Sementara jika ia ahli neraka, maka ia tidak memiliki kesanggupan melewati jalan itu dan tetap berada dalam neraka. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:
«وَ انْ مِنْكُمْ الّا وارِدُها كانَ عَلى‏ رَبِّكَ حَتْماً مَقْضِيّاً ثُمَّ نُنَجِّى الَّذينَ اتَّقَوا وَ نَذَرُ الظَّالِمينَ فيها جِثِيّاً».
Yang artinya: "Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut." [1] 


Beliau melanjutkan, "Hal yang sangat masyhur dikalangan masyarakat adalah bahwa di hari akhir nanti ada jembatan yang harus dilalui setiap manusia, dan bagi yang mampu melewatinya akan meraih kebahagiaan di surga. Sementara yang gagal akan terjatuh ke dalam neraka. Keyakinan tersebut tidak benar. Sebab sebagaimana firman Allah SWT, jalan tersebut membentang dari neraka ke surga. Orang-orang terlebih dahulu mendatangi neraka dan bagi yang bertakwa akan keluar dari sana dan menuju ke surga."
"Mereka yang bertakwa adalah orang-orang dimasa hidupnya di dunia bukan hanya mengimani Islam secara lisan namun juga menetapkannya dalam hatinya serta dalam amalan mengikuti petunjuk Nabi dan Ahlul Baitnya. Neraka itu sebagaimana makhluk ciptaan Allah lainnya hidup dan mampu berbicara. Neraka mengenal muslim Syiah yang hakiki dan neraka sendiri meminta agar orang-orang bertakwa tersebut di keluarkan dari neraka." Lanjutnya.
Kemudian setiap ummat akan dipanggil dengan imamnya masing-masing. Sebagaimana firman Allah SWT:
«يَومَ‏ نَدْعُوا كُلَّ اناسٍ بِامامِهِمْ فَمَنْ اوتِىَ كِتابَهُ بِيَمينِهِ فِاولئِكَ يَقْرَءُونَ كِتابَهُمْ وَ لا يُظْلَمُونَ فَتيلًا وَ مَنْ كانَ فى‏ هذِهِ اعْمى‏ فَهُوَ فِى الْاخِرَةِ اعْمى‏ وَ اضَلُّ سَبيلًا».
"(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). " [2] 


Sesuai ayat di atas, bahwa barang siapa yang tersesat di dunia dari jalan kebenaran maka pada hakikatnya batinnya buta. Dan di akhirat nanti juga akan kembali tersesat bahkan lebih tersesat karena akan mendekam di dalam neraka. Namun bagi yang di dunia melihat kebenaran dan menetapinya serta berjalan di atas petunjuk Nabi dan Ahlul Baitnya  maka pada hari akhirat nanti akan tetap berada dalam jalan hidayah dan petunjuk. Ia akan bersama imam dan pemimpinnya berjalan menuju surga. Yakni Amirul Mukminin sebagai salah satu imam umat manusia akan berjalan di depan dan para Syiahnya mengikuti dari belakang menuju tempat yang mulia yang telah disediakan."
Dalam pandangan Ayatullah Madzahiri dunia dan akhirat itu ibarat sekeping mata uang logam yang memiliki dua sisi. Beliau berkata, "Patut diketahui, bahwa sesungguhnya sisi batin dari dunia ini adalah akhirat, dan akhirat itu sendiri adalah sisi lahiriah akhirat adalah dunia ini. Dunia dan akhirat ibarat sekeping mata uang logam yang memiliki dua sisi. Yang artinya, barangsiapa di dunia ini mampu membuat nafsu amarahnya dalam kendalinya dan menuntunnya pada ketaatan, mampu membebaskan diri dari belenggu dan tipu daya syaitan dan hawa nafsu maka di akhirat nanti ia akan mampu melewati neraka. Namun barang siapa yang tunduk pada pengaruh dunia dan memperturutkan hawa nafsu dan godaan syaitan maka di akhirat nanti ia akan mendapat siksa dalam neraka."
Kemudian pada bagian lain ceramahnya, ulama marja taklid Syiah tersebut menyinggung masalah syafaat dan menyebutnya diantara masalah penting dalam aqidah syiah.
Beliau  berkata, "Syafaat diantara pokok keimanan dalam aqidah Syiah, bahwa merupakan keniscayaan akan keberadaannya kelak di akhirat. Allah SWT menegaskannya dalam al-Qur'an:
«مَنْ ذَا الَّذي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ»
Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? [3] 


«وَلايَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضى‏»
dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah. [4] 

Syafaat memiliki tiga bentuk, yang pertama, syafaat Imam Ahlul Bait as berupa permohonan kepada Allah SWT agar syiahnya diampuni dan diselamatkan dari siksa neraka, dan permohonan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam al-Qur'an yang memerintahkan hambaNya untuk memohon ampunan melalui perantaraan do'a Nabi Muhammad Saw,
«وَ لَوْ انَّهُمْ اذْ ظَلَمُوا انْفُسَهُمْ جاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَ اسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّاباً رَحيماً»
Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinyadatang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [5] 


Syafaat yang kedua, yaitu syafaat yang berupa petunjuk. Sebagaimana tugas Nabi dan Ahlul Baitnya di dunia sebagai pemberi petunjuk dan pemimpin ummat, maka demikian pula di akhirat nanti. Bagi yang dimasa hidupnya mengikuti petunjuk para Maksumin as, maka kelak di akhirat mereka akan berada dalam bimbingan Maksumin as sampai masuk ke dalam surga.
Bentuk syafaat yang ketiga adalah, syafaat yang diberikan oleh Maksumin as karena telah mendapat izin dari Allah SWT sehingga kemudian ikhtiar sepenuhnya berada ditangan mereka as. Yaitu Maksumin as memiliki hak sepenuhnya untuk memberi syafaat kepada siapa saja yang dikehendakinya. Dan tentu saja, yang dikehendaki mereka as adalah yang memang layak untuk mendapat syafaat dan berhak untuk bersama orang-orang saleh di dalam surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang ditujukan kepada nabi Muhammad Saw:
«وَ لَسَوْف َيُعْطيكَ رَبُّكَ فَتَرْضى‏»
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. [6] 


Dalam riwayat disebutkan maksud dari ayat tersebut adalah karunia Allah yang berupa hak Nabi untuk memberi syafaat. Dihari kiamat siapapun hanya akan memikirkan keselamatan dirinya masing-masing, namun tidak demikian dengan Nabi Saw, beliau khawatir akan keselamatan ummatnya, dan sangat menginginkan keselamatan atas ummatnya, sehingga dikatakan kepada beliau, bahwa para pendosa dari umat Muhammad keseluruhannya akan mendapatkan ampunan kecuali mereka yang syirik dan yang menjalin pertemanan dengan musuh-musuh Allah. Dengan jaminan itu, maka hati Rasulullah Saw menjadi puas. [7]


Allamah Thabathabai rahimahullah mengatakan, "Tidak ada artinya bagi Nabi Saw masuk kedalam surga tanpa disertai oleh ummatnya. Karenanya Nabi Muhammad sebisa mungkin memberikan syafaat kepada siapa saja dari ummatnya yang memang layak untuk mendapatkannya."
Pada riwayat yang masyhur disebutkan, hari akhirat nanti penjaga pintu surga dan neraka akan menyerahkan kuncinya masing-masing kepada Rasulullah Saw dan hak sepenuhnya bagi Nabi untuk mengeluarkan dari neraka siapa saja yang dikehendakinya dan memasukkannya kedalam surga. Kemudian nabi menyerahkan kedua kunci tersebut kepada Imam Ali as dan mengatakan "Sekarang hak sepenuhnya ada padamu, syafaatilah siapa saja yang berwilayah kepadamu dan yang memiliki kelayakan untuk itu." [8]


Kemudian Ayatullah Madzahiri menjelaskan mengenai siapa saja yang tidak layak mendapat syafaat. Dengan menukil ayat dalam Al-Qur'an beliau berkata:
«في‏جَنَّاتٍ يَتَساءَلُونَ، عَنِ الْمُجْرِمينَ، ما سَلَكَكُمْ في‏سَقَرَ، قالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ، وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكينَ، وَ كُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخائِضينَ، وَ كُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ»
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian." [9] 


Pertanyaan yang diajukan pada ayat tersebut adalah pertanyaan yang penuh dengan rasa takjub dan keheranan. Yang artinya, tidak semestinya mereka berada dalam neraka, namun mengapa lantas berada didalamnya?. Mereka menjawab, bahwa mereka bukan orang yang termasuk ahli shalat, ahli sedekah, gemar membicarakan yang batil dan mendustakan hari pembalasan. Pengakuan mereka akan keimanan dan pengakuan atas wilayah Ahlul Bait menjadi sia-sia dan tidak berguna sebagaimana firman Allah SWT, "Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at." [10] 


Ulama besar Iran tersebut kemudian berkata, "Seorang Syiah yang sejati adalah yang terbang menuju surga dengan dua sayap. Sayap yang pertama adalah yang menghubungkannya dengan Allah SWT yang berupa shalat, puasa dan lainnya. Sementara sayap yang satu adalah yang menghubungkannya dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, yaitu menebar kebaikan dan saling menolong."

*************
[1] (Qs. Maryam: 71-72)
[2] (Qs. Al Israa': 71-72).
[3] (Qs. Al Baqarah: 255)
[4] (Qs. Anbiyah: 28)
[5] (Qs. An Nisa: 64)
[6] (Qs. Adh Dhuha: 5)
[7] تفسير فرات کوفي، ص 571؛ شواهد التنزيل، ج ‏2، ص 447 و ...
[8] امالي الصدوق، ص 116؛ روضة الواعظين، ج 1، ص 113
[9] (Qs. Al Muddatstsir: 42-47)
[10] (Qs. Al Muddatstsir: 48)

Sumber: ABNA Indonesia

Wulung, Drone Canggih Karya Anak Bangsa

wu.jpgBangsa Indonesia patut berbangga diri, pasalnya 2013 pesawat tanpa awak (UAV) buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan nama “Wulung” akan dioperasikan. Hal itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta Sabtu kemarin di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah

Gusti Muhammad Hatta mengatakan, kemampuannya tidak diragukan lagi karena telah diuji coba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Kamis, 11 Oktober 2012.

"Pesawat tanpa awak yang diberi nama Wulung tersebut dirancang khusus dan sangat canggih sehingga memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan dengan pesawat-pesawat yang ada," kata Menristek.

Jarak tempuh maksimal dari Wulung 70 kilometer, dengan kecepatan jelajah 52--69 knot dan bisa dikendalikan dengan jarak 73 kilometer dari remote control. Wulung mampu terbang hingga ketinggian 12 ribu kaki, dan yang sudah diujikan sejauh 8.000 kaki. 

Pesawat ini memiliki kemampuan terbang selama 4 jam tanpa henti dan bisa digunakan untuk membuat hujan buatan, dapat juga dipergunakan untuk pemotretan wilayah dari udara dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Dan yang paling penting bisa menjadi pesawat mata-mata.

Wulung memakai mesin 2 tak dan berbahan bakar pertamax. Bahan materialnya menggunakan komposit (komposisi serat kaca, fiber, karbon) sehingga mendapatkan struktur pesawat yang ringan.

"Dengan adanya pesawat tersebut nantinya pemadaman kebakaran hutan dan pembuatan hujan buatan tidak perlu lagi menaburkan garam pada awan dan kami telah menemukan bahan penggantinya, yani bernama pleer, setiap satu kilogram pleer sama dengan satu ton kilogram garam. Pesawat Wulung mampu membawa delapan kilogram pleer," imbuhnyanya.

Rencananya BPPT membuat lima pesawat jenis Wulung dengan menelan biaya sekitar Rp6 miliar--Rp8 miliar.

25 Shafar, Nabi Meminta Dibawakan Pena dan Kertas


Nabi Meminta Dibawakan Pena dan Kertas

Pada tanggal 25 Shafar Nabi Muhammad Saw meminta tinta dan kulit untuk menulis bahwa khalifah sepeninggal beliau adalah Imam Ali as, tapi Umar bin Khattab menghalang-halangi orang melakukan apa yang diminta beliau. Umar bin Khattab kepada orang-orang yang ingin melakukan apa yang diinginkan Nabi berkata, "Inna ar-Rajula Layahjur" yang berarti orang itu mengigau.

Pada hari ini juga Nabi Muhammad Saw pergi ke masjid dan naik ke atas mimbar kemudian membacakan khutbah dan menasihati umat Islam. Pada waktu itu beliau mengajak umat Islam untuk mengikuti al-Quran dan ‘Itrah atau keluarga Nabi. 

Aswaja: Rebut Kembali Masjid dari Tangan Wahabi!


KH. Thobari Syadzily: Photo: Sarkub.comHampir dapat dipastikan, kelompok Wahabi selalu berulah. Tempat ibadah yang awalnya demikian tenang dengan berbagai kegiatan ala ulama salaf ternyata dipersoalkan. Untungnya, bisa diredam. Masjid pun akhirnya kembali ke pangkuan ahlus sunnah waljamaah.

Di mana-mana Wahabi Salafi selalu membuat masalah dalam penyebaran dakwah. Mereka tidak segan memvonis bid’ah dan musyrik secara sembarangan kepada orang beriman yang tidak sepaham.


Oleh karena itu, dakwah mereka harus diluruskan agar tidak menimbulkan pertengkaran dan perpecahan di kalangan umat, dan tidak menjadikan ancaman bagi kehidupan masyarakat berbangsa dan bemegara. Seperti yang dilakukan oleh Petinggi Sarkub, KH. Thobari Syadzily, dalam kunjungannya di tempat kejadian di Perum Pondok Makmur Kotabaru (dekat Kotabumi), Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Sudah lama suasana kehidupan di lingkungan masyarakat masjid Nurul Hidayah Perumahan Pondok Makmur Kotabaru Kabupaten Tangerang berjalan aman dan penuh kedamaian. Jika ada permasalahan yang dapat menimbulkan perpecahan, mereka dapat meredam dengan baik dan mengedepankan toleransi atau tasamuh (saling menghormati), sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Mereka juga menolong, bertukar pendapat dan berbagi pengalaman.

Hampir setiap malam, masjid Nurul Hidayah banyak dikunjungi jamaah imtuk melaksanakan shalat dan kegiatan keislaman lainnya yang sudah menjadi tradisi. Kegiatan berlangsung cukup lama dan tidak seorangpun berani mengusik atau usil.

Namun, sangat disayangkan, pertengahan 2011 lalu. “Suasana kondusif tersebut berubah,” kata KH Thobari Syadzily kepada wartawan Majalah Aula. Ini terjadi setelah kedatangan kelompok Wahabi Salafi yang dipimpin Ustadz Kusnadi. Bahkan di antara sesama jama’ahpun saling bertengkar dan membenci hanya karena urusan sepele. “Kegiatan tahlil, tawassul, selamatan kematian, dzikir berjama’ah, peringatan maulid Nabi SAW dan sebagainya menjadi bahan perdebatan yang tidak kunjung usai,” kata Kiai Thobari, tokoh Densus 99 Sarkub.

Padahal sebelumnya, ustadz Kusnadi tidak diterima kehadiran dakwahnya di masjid sekitar Kotabumi Tangerang, termasuk masjid yang dimiliki Muhammadiyah. “Karena, isi dakwahnya selalu dipenuhi dengan cercaan, makian, dan hinaan terhadap amalan-amalan yang tidak sepaham dengannya,” ungkap alumni Pesantren Tebuireng Jombang ini. “Sehingga, hal itu dapat menjadikankan fitnah yang dapat menimbulkan kebencian dan perpecahan di tengah masyarakat,” lanjut Kiai Thobari Syadzily yang juga aktifis Lajnah Falakiyah PWNU Banten ini.

Dikisahkan, dalam penyampaian dakwahnya, Ustadz Kusnadi melarang mengadakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), seperti Maulid Nabi SAW, Isra’ Mi’raj, selamatan kematian dan sebagainya. “Semua peringatan tidak ada tuntunannya dari Nabi SAW dan berasal dari kaum Yahudi Nasrani dan merupakan tradisi agama Hindu dan Budha,” sergahnya menyayangkan. Jadi, semuanya bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan masuk neraka.

Begitu pula, sang ustadz mengajarkan akidah mujassimah kepada masyarakat termasuk anak-anak. “Yang bersangkutan menyatakan bahwa Allah bertempat di Arasy, punya tangan, wajah, dan sebagainya. “Berarti dia menyamakan Allah SWT dengan makhluk, meskipun sesuai dengan keagungan-Nya,” lanjutnya. Jadi, yang diajarkan bertentangan dengan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Karena, di antara sifat yang wajib bagi Allah itu adalah Al- Mukhalafah iil Hawadits. “Artinya Allah berbeda dengan makhluk. Sedangkan, lawan dari sifat Al-Mukhalafah lil Hawadits adalah sifat Al-Mumatsalah lil Hawadits,” katanya berargumen. Dengan demikian Allah tidak sama seperti makhluk, yang merupakan salah satu sifat yang mustahil bagi Allah.

WASPADAI MODUS MEREKA
Masuk dan diterimanya kelompok Wahabi Salafi di masjid Nurul- Hidayah tidak lain karena peran serta ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Karena, mereka menggunakan strategi dakwah yang penuh dengan kelicikan dengan memutarbalikan fakta hukum dan sejarah. Selain itu, untuk memuluskan dan mengembangkan misi, mereka terns melakukan pendekatan, mempengaruhi, dan berusaha mengambil hati para pengurus DKM itu dengan berbagai macam cara. “Sehingga lama-kelamaan semua pengurus masjid yang terdiri dari orang yang masih awam dalam beragama itu terpengaruh dan terkena virus Wahabi Salafi,” katanya menyayangkan. Akhirnya dakwah mereka diterima dan disambut baik. Bahkan, mereka diizinkan untuk mengadakan pengajian rutinan mingguan, yang jama’ahnya didatangkan dari luar.

Untuk keberlangsungan pengajian rutinan mingguan itu, ketua DKM masjid Nurul-Hidayah berusaha membantu mencarikan kontrakan dan membiayai sang ustadz untuk tinggal di dekat masjid. Tidak berhenti sampai di situ, dia juga mencarikan kontrakan yang masih kosong untuk dijadikan tempat tinggal para pengikutnya, sehingga rumah kontrakan di sekitar masjid dipenuhi para penghuni jama’ah Wahabi Salafi. Akhirnya untuk memuluskan jalan dakwah, masjid itu dikuasai jama’ah mere¬ka bahkan tak jarang imam shalat rawatib pun diangkat dari golongan mereka atas mandat ketua DKM, yang sudah terkena pengaruh.

Di awal tahun 2012, mereka berhasil menjalankan visi dan misi Wahabi Salafi dengan menduduki dan menguasai masjid Nurul-Hidayah. “Pengajian rutinan, baik harian maupun mingguan pun berjalan dengan tertib dan lancar sesuai yang mereka harapkan,” katanya Kiai Thobari memastikan, segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan nilai ibadah (‘ubudiyah) yang tidak sesuai dengan paham mereka sedikit demi sedikit mereka rubah dan tiadakan. “Bahkan pengajian ibu-ibu pada setiap hari Jum’at pun sempat dihentikan,” katanya sembari geleng- geleng kepala. “Karena, mereka menilai bahwa perbuatan itu termasuk perbuatan bid’ah dan dilarang dalam syari’at Islam,” lanjutnya.

Puncaknya pada bulan Ramadhan lalu, ibadah shalat tarawih pun diubah total. Yang tadinya dua puluh raka’at diganti menjadi delapan raka’at, tanpa dzikir atau doa setelah selesai shalat tarawih dan witir, hingga setiap kegiatan “Kultum” pun diisi dan didominasi para penceramah dan ustadz mereka.

I’TIBAR DEMI KEBAIKAN
Untungnya pada awal Juli lalu mayoritas masyarakat tidak menerima dengan dakwah yang dibawa mereka, sehingga mengadakan gerakan melengserkan kepengurusan masjid. Akhirnya awal Agustus, masyarakat mendesak ketua DKM masjid beserta jajarannya segera mengundurkan diri. Alhamdulillah atas seizin Allah SWT keinginan masyarakat luas itu tercapai. Setelah kepengurusan DKM mengundurkan diri dan lengser di hadapan para jama’ah, masyarakat mulai mengadakan pemilihan ketua DKM baru beserta jajarannya.

Kepengurusan DKM masjid Nurul-Hidayah yang baru membawa angin segar dalam melakukan pencerahan keagamaan Ahlussun¬nah wal Jama’ah. Dan kelompok Wahabi Salafi pun tidak dapat bergerak dengan bebas dan leluasa dalam menyebarkan ajaran. “Karena, ruang gerak dakwah mereka selalu diawasi, dipersempit, dan dibatasi,” kata Kiai Thobari dengan lega. Rasanya, itulah balasan amal mereka yang suka membid’ah dan memusyrikkan amalan orang yang tidak sepaham. Semoga peristiwa ini akan menjadi i’tibar (bahan pelajaran) bagi kita semua, Amiin. [Sarkub.com]

Sumber: www.sarkub.com/2012/rebut-kembali-masjid-dari-tangan-wahabi/