Menurut Kantor Berita ABNA, setelah sebelumnya menyebar video rekayasa untuk memperolok-olok ulama Iran, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) Wilayah Indonesia Timur yang bermarkas di Makassar kembali menyebar fitnah baru. Dalam salah satu postingannya, LPPI Makassar yang diketuai H. Said Abdusshamad, Lc tersebut mengaitkan logo dalam bendera nasional Republik Islam Iran dengan simbol agama Sikh. Sekilas kedua gambar tersebut memang tampak sama namun ketika diperhatikan lebih seksama akan Nampak dengan jelas perbedaan keduanya.
Dalam
postingannya yang diberi tajuk, "Sejarah Desain Bendera Republik Syiah
Iran", LPPI menulis beberapa pertanyaan yang perlu diberi tanggapan oleh
tim redaksi ABNA.
Pertama,
LPPI menulis, "Tak bisa dipungkiri, Syiah dengan negara Iran-nya telah
memalingkan hati sebagian kaum Muslimin. Dulu, mereka mencintai dua kota
suci Islam, Makkah dan Madinah, sehingga tiap kali mereka mengingatnya,
mereka rindu untuk menziarahinya dengan tujuan umrah atau haji."
Tanggapan ABNA:
Siapa
sebagian kaum muslimin yang dimaksud LPPI telah terpalingkan hatinya
dari mencintai dua kota suci Islam Makah dan Madinah? Bagaimana LPPI
bisa memastikan bahwa hati sebagian kaum muslimin itu telah berpaling?
Apakah setiap mereka yang melakukan perjalanan ziarah ke kota-kota di
Iran dan Irak telah berarti berpaling hatinya dari Makah dan Madinah?.
Kedua,
LPPI menulis, "Namun dengan adanya Syiah dan juga dengan Republik Iran
telah membuat sebagian dari mereka tersilaukan, kesatuan mereka
terpecah. Kecintaan mereka terhadap dua kota suci Islam sedikit demi
sedikit menjadi pudar. Digantikan oleh kota-kota 'suci' di Iran seperti
Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat kepada 'kota-kota suci'
itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana."
Iran menjadi segalanya dalam hati mereka.
Tanggapan ABNA:
Pernyataan
LPPI, "Kecintaan mereka terhadap dua kota suci Islam sedikit demi
sedikit menjadi pudar" adalah pernyataan yang sarat dengan fitnah.
Apakah jumlah Jemaah haji dan mereka yang umrah ke Haramain setiap
tahunnya berkurang karena lebih memilih berziarah ke kota-kota yang
dianggap suci di Iran?. Dilansir dari www.jurnalhaji.com, disebutkan jumlah peminat haji khusus terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan disebutkan, sejak
beberapa tahun terakhir calon jamaah yang ingin berangkat dengan
menggunakan jasa layanan haji plus juga harus masuk daftar waiting list
sebagaimana pada layanan haji reguler. Pengguna jasa layanan haji plus
harus menunggu antrian rata-rata 2-3 tahun sementara pengguna haji
reguler sendiri masa tunggunya berkisar 4-12 tahun. Masa
tunggu tersebut terpaksa diperlakukan karena pihak Arab Saudi hanya
memberikan kuota satu persen saja dari total jumlah penduduknya di
setiap Negara. Mengenai peminat umrah, situs tersebut menuliskan, Pada
2010, jumlah jamaah yang pergi umrah hanya ada 160 ribu orang. Tahun
berikutnya, versi data Himpuh (Himpunan Penyelenggara Umroh dan Haji
Indonesia ) ada 260 ribu orang. Sedangkan data dari kedutaan besar Indonesia ada 300 ribu. Dan tahun berikutnya tentu diperkirakan jumlah peminat akan menembus angka diatas 300 ribu.
Menyikapi fenomena tersebut http://suarapengusaha.com menurunkan berita, "Jumlah jamaah naik pesat pengusaha perjalanan haji umrah menjamur". Sementara
muslimdaily.net melansir berita adanya peningkatan jamaah haji Cina
yang meningkat pesat. Untuk tahun 2012, 3 juta muslim Cina berkeinginan
menunaikan ibadah haji, namun yang bisa diberi izin oleh pemerintah Cina
hanya 13.800 orang menyusul permintaan dari pihak Arab Saudi yang
membatasi jumlah calon jamaah haji.
Disitus http://haji.kemenag.go.id,
berdasarkan laporan kementerian Haji Arab Saudi untuk tahun 2012 ada
5,5 juta orang yang melakukan umrah, sementara pada tahun 2005 hanya 2,5
juta peziarah. Jadi, dari mana LPPI bisa menyimpulkan bahwa hati
sebagian umat Islam telah berpaling dari dua kota suci Makah dan Madinah
dengan keberadaaan Syiah dan Iran sementara data-data yang ada
menyebutkan jumlah kaum muslimin yang berminat untuk menziarahi dua kota
suci itu setiap tahunnya semakin meningkat?. Kalau yang dimaksud LPPI
sebagian kaum muslimin itu adalah umat Syiah, tentu LPPI harus menjilat
ludahnya sendiri yang dalam beberapa tulisannya menyebutkan Syiah itu
kafir dan bukan bagian dari umat Islam.
LPPI
selanjutnya menulis, "Digantikan oleh kota-kota 'suci' di Iran seperti
Qom, Najaf dan Teheran. Setiap kali mereka ingat kepada 'kota-kota suci'
itu, mereka niatkan untuk berangkat kesana." Disini
LPPI melakukan kesalahan fatal. Kota Najaf bukan di Iran, melainkan di
Irak. Muslim Syiahpun tidak pernah menyebut Teheran sebagai kota suci.
Yang disebut kota suci di Iran hanyalah Masyhad dan Qom. Masyhad disebut
suci karena keberadaan makam Imam Ridha as (Imam kedelapan Syiah) dan
Qom disebabkan karena di kota itu terdapat makam Sayyidah Fatimah
Maksumah (Adik perempuan Imam Ridha as). Sangat disayangkan sebuah
lembaga yang mengklaim diri sebagai lembaga penelitian dan pengkajian
namun menuliskan artikel tanpa data dan fakta bahkan melakukan kesalahan
yang sangat fatal. Apakah dasar LPPI menuliskan artikel-artikelnya
adalah kebencian dan sikap permusuhan sehingga tidak lagi bisa berlaku
adil? Semoga firman Allah SWT berikut bisa menjadi pengingat, "Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Maidah: 8).
Selanjutnya LPPI memosting beberapa gambar yang dicopy paste dari situs www.fnoor.com
yang banyak memuat materi-materi yang menjelek-jelekkan Syiah dan Iran.
LPPI hendak menyamakan logo Bendera Nasional Iran dengan simbol agama
Sikh padahal tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Tentu saja yang
lebih mengetahui sejarah dan makna logo bendera Iran adalah orang Iran
sendiri.
Berikut kami nukil dari IRIB Indonesia yang pernah menurunkan artikel, "Sejarah Disain Bendera dan Lambang Republik Islam Iran". Artikel ini juga adalah bantahan atas postingan LPPI yang tidak memiliki unsur keilmiahan sama sekali.
Pada
10 Isfand 1357 Hs, Imam Khomeini ra meminta agar dilakukan perubahan
pada lambang negara, yakni singa dan matahari. Beliau mengumumkan, "Kita
telah mendirikan sebuah negara Muhammadi. Bendera Iran tidak boleh sama
dengan bendera Shahanshahi. Lambang Iran harus berbeda dari lambang
Shahanshahi dan lambang ini harus menunjukkan keislaman. Semua
kementerian dan kantor harus mencabut simbol singa dan matahari lalu
menggantinya dengan bendera Islam. Bekas-bekas taghut harus dilenyapkan.
Semua ini merupakan peninggalan taghut. Yang ada harus karya-karya
Islam. (Sahifeh Imam, jilid 6, hal 275).
Setelah
itu pemerintah sementara membuka sayembara disain baru lambang Iran.
Banyak disain yang dikirim ke kantor perdana menteri dan yang diterima
adalah lambang Republik Islam Iran saat ini yang didisain oleh Hamid
Nadimi.
Setelah
mendengarkan ucapan Imam Khomeini ra, Hamid Nadimi dengan penuh
semangat mulai menggoreskan disainnya. Setelah menyelesaikan desain
lambang Iran, Nadimi membawanya ke kantor Imam Khomeini ra di Qom.
Sekalipun pada awalnya desain lambang Iran dilombakan, tapi ada desain
lainnya yang juga disetujui dan akhirnya dicetak di uang kertas masa
itu. Tapi tidak berapa lama, suatu malam Hujjatul Islam Hashemi
Rafsanjani menelpon Nadimi dan mengabarkan Imam Khomeini ra menyetujui
desainnya pada 19 Ordibehesht 1359 Hs dan meminta Nadimi untuk
menyempurnakan disainnya.
Lambang
ini memiliki banyak makna di benaknya. Ada kesederhanaan dan kelebihan
khusus dalam desainnya yang memiliki banyak makna. Hamid Nadimi ketika
memberikan penjelasan makna karyanya kepada majalan Pasdar Islam pada
tahun 1362 mengatakan:
"Saya
punya keinginan untuk membuat lambang bagi dunia Islam. Ketika Imam
Khomeini ra mengatakan bahwa simbol singa dan matahari harus diganti dan
negara membutuhkan lambang baru, saya mulai kembali memikirkan ide yang
selama ini ada dalam pikiranku. Saya mulai menerawang kembali sketsa
yang pernah saya buat. Dalam disain ini ada tiga prinsip penting
pemerintahan Islam dalam al-Quran; kitab, timbangan dan besi yang
menjadi simbol dari al-Quran, mizan dan hadid.
Bagian yang berdiri di tengah dalam disain ini dalam bahasa Persia dan
Arab menunjukkan kekuatan dan pedang. Simbol ini berdiri tegak yang
berarti kekuatan dan kekokohan. Ini merupakan penafsiran dari kata hadid
(besi) dalam al-Quran (... Anzalna al-Hadid Fiihi Ba'sun Syadidun).
Komposisi
yang sangat ideal antara garis dan lengkungan yang ada berada dalam
kondisi seimbang dan ini memberikan makna timbangan, seperti kata mizan
dalam al-Quran (Wassamaa' Rafa'aha wa Wadha'al Mizan). Lima bagian yang
menjadi bentuk asli disain ini, sekalipun bermakna lima prinsip agama
dan prinsip tauhid berada di tengah dan tegak di antara lengkungan yang
ada. Selain itu, secara keseluruhan, komposisi yang ada ini menjadi
simbol dari kata Allah dan menjadi inti dan tersembunyi dari kalimat
tauhid Laa Ilaaha Illallah.
Garis-garis
lengkung yang membentuk lingkaran adalah setengah dari bola bumi dan
merepresentasikan universalnya dakwah Islam. Kata Allah didisain
berbentuk bola guna menunjukkan pesan universalitas Islam. Garis-garis
lengkung seperti bulan sabit dalam disain ini diambil dari gambar dari
Nabi Muhammad Saw yang berkali-kali dilakukannya dengan pedang beliau
sebagai paraf di atas pasir."
Setelah
itu Nadimi juga mendesain bendera. Saat menjelaskan disainnya ini,
Nadimi menjelaskan, "Bendera ini memberikan harapan akan pemerintahan
Imam Mahdi af. Warna hijau, putih dan merah merupakan tanda khusus
Republik Islam Iran dan slogan Allahu Akbar semuanya berasal dari
prinsip yang telah ditetapkan dalam UUD."
Doktor
Nadimi mencontoh slogan Allahu Akbar dan mengulanginya. Slogan ini
sebelas kali dalam warna merah dan sebelas kali dalam warga hijau, yakni
kedua warna ini diulanginya sebanyak 22 kali dan ini merupakan simbol
dari tanggal 22 Bahman 1357 Hs, Hari Kemenangan Revolusi Islam Iran.
Bentuk di sudut sebelah kanan ada tulisan Allahu Akbar mengingatkan
slogan penuh pengaruh ini dan ini merupakan huruf yang dipakai di kubah,
menara dan masjid-masjid, dan kini tertulis di bendera Iran. Kata Allah
yang berwarna merah di bendera Iran menunjukkan asal penciptaan dan
semua akan kembali kepada Allah. Hal ini menunjukkan tujuan akhir
pemerintahan Islam.
Doktor
Hamid Nadimi adalah dosen arsitektur Universitas Shahid Beheshti dan
memberikan mata kulian teori dan metode disain. Ia mendapat gelar doktor
arsiteknya dari Inggris. Sekalipun karyanya akan senantiasa diingat
oleh bangsa Iran, tapi tidak pernah punya keinginan untuk terkenal.
Menurutnya, "Manusia yang fana jangan sampai menyambungkan dirinya
dengan hal-hal yang abadi. Saya tidak ingin melekatkan diri dengan
masalah-masalah seperti ini. Masyarakat tidak mengetahui wajah saya akan
lebih baik buat saya. Karena bendera ini suci. Apa yang terjadi bila
suatu hari saya berubah menjadi anti Revolusi? Oleh karenanya, sudah
biarkan saja semua berlalu begitu saja."
Doktor
Nadimi dalam hidupnya pernah sekali bertemu dengan Imam Khomeini ra dan
menjelaskan pertemuan itu sebagai berikut, "Saya tidak bertemu dengan
Imam dengan motivasi sebagai pembuat disain bendera Iran. Beberapa tahun
saya pergi ke Huseiniyah Jamaran dan meminta beliau membacakan akad
nikahku."
**
Berikut link postingan LPPI yang sarat dengan kebencian dan permusuhan terhadap Republik Islam Iran: http://www.lppimakassar.com/2013/01/sejarah-desain-bendera-republik-syiah.html
No comments:
Post a Comment